Amlapura (Antara Bali) - Sosialiasi tim peneliti pusat untuk melakukan pengeboran di kawasan lereng Gunung Lempuyang daerah Tukad Bangle, Bunutan, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, Bali, Minggu, ditolak warga setempat.
Tim sosialisasi itu terdiri Putu Grianjaya Winaya, dosen Universitas Udayana, serta Edwin Riswandi dan Ahmad Taufik dari Pusat Pengembangan Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum.
Di hadapan tokoh masyarakat setempat dijelaskan bahwa rencana dilakukan pengeboran itu terkait dugaan adanya potensi kandungan emas di dalam lapisan perut bumi di sekitar dusun Bunutan.
"Namun survei yang kami lakukan tidak untuk mengambil emas yang terkandung. Tim kami secara kelembagaan hanya melakukan survei," kata Ahmad Taufik.
Dijelaskan bahwa pihaknya baru sebatas membuat rencana pengeboran dengan terlebih dahulu melakukan survei. Jika rencana itu mendapatkan persetujuan, tahun 2011 akan dibuatkan rencana yang lebih matang termasuk melakukan kajian terhadap dampak lingkungan.
"Tanah hasil pengeboran nanti tidak ada yang kami bawa ke Bandung untuk diteliti," jelasnya.
Apapun janji yang disampaikan oleh tim peneliti, namun sosialisasi yang dilakukan di wantilan atau balai Pura Penataran (lingkungan Pura Lempuyang) itu tetap ditolak, baik oleh perangkat (kelian) desa maupun tokoh agama (pemangku).
Menurut Pemangku Pura Lempuyang Luhur Jero Mangku Gede Wangi, lokasi rencana pengeboran merupakan "panca datu" Pura Lempuyang, sehingga berbagai bentuk pengeboran harus ditolak.
Ia menyampaikan hal itu saat berlangsung sosialisasi pengembangan teknologi reservoir bawah tanah serta "Adviter Storage and Recovery (ASR)" yang difasilitasi Camat Abang Ida Bagus Putu Suastika.
Dikatakan bahwa Dewa Hyang Gni Jaya leluhur umat Hindu, memilih Lempuyang sebagai "istana" karena di lokasi tersebut terkandung unsur "panca datu".
"Kalau umat membangun pura saja, masih harus memasang 'panca datu'," katanya di hadapan tim sosialisasi.
Dikatakan, keyakinan terdapatnya unsur emas di perut bumi sekitar Bunutan juga termuat di dalam salah satu lontar. "Untuk itu apapun dalih pengeboran itu harus ditolak," tegasnya.
Mangku Wangi menjelaskan, keberadaan gunung di Bali sangat berbeda dengan gunung di daerah lain, karena setiap jengkal tanah di Pulau Dewata diyakini memiliki nilai sakral atau keramat.
Dia meminta kepada tim peneliti agar legowo dan tidak mengusik bumi di kawasan Gunung Lempuyang.
Menurutnya, jika rencana tersebut dipaksakan, dikhawatirkan kejadian-kejadian di tahun 2004 akan terulang kembali. Saat itu lereng Gunung Lempuyang bagian utara longsor karena ada pengeboran.
Bahkan musibah tanah longsor di Dusun Batu Keseni saat itu juga memakan korban jiwa manusia.
Ia mengatakan berbagai musibah yang diyakini akibat dirusaknya Gunung Lempuyang berakhir setelah ada penghentian pengeboran yang sempat dilakukan di beberapa titik di Bukit Lempuyang.
"Karena itu, kami selaku tetua masyarakat Hindu menolak dilakukan pengeboran di sekitar Gunung Lempuyang," kata Mangku Wangi.
Ia menyebutkan, siapapun pihak-pihak termasuk oknum pejabat yang mengijinkan melakukan pengeboran, akan berhadapan langsung dengan yang di atas (Hyang Gni Jaya).
Ketua Parisada Hindu Dharma Indnesia (PHDI) Karangasem I Wayan Bagiarta juga menyampaikan hal senada. Dia menolak semua rencana pengeboran yang dilakukan di sekitar Gunung Lempuyang. "Kalau alasan air, yang dari Telaga Waja sudah dialirkan untuk mengairi delapan kecamatan," katanya.
Bagiarta menyarankan, pihak peneliti agar mencari daerah lain untuk dibor dengan catatan tidak dekat-dekat lokasi pura.
"Untuk rencana pengeboran di Lempuyang kami tolak. Biarkan masyarakat di sini hidup damai. Anggap mereka sudah sejahtera walau penuh keterbatasan," ujar pengacara senior tersebut.
Sementara itu Perbekel (lurah) Desa Bunutan Made Suparwata juga menolak rencana tersebut. Karena belajar dari pengalaman tahun-tahun sebelumnya, setiap ada rencana pengeboran di sekitar Gunung Lempuyang selalu diikuti terjadinya musibah.
"Sosialisasi tambang emas pernah dilakukan di Bangle, namun warga menolak karena tidak mau merusak Gunung Lempuyang," ujarnya.(*)