Negara (Antara Bali) - Puluhan kepala keluarga korban banjir di beberapa wilayah di Kabupaten Jembrana, Bali, hingga Minggu belum mendapatkan bantuan, sehingga mereka hanya mengandalkan sumbangan keluarga dan warga sekitar.
Salah satunya adalah I Ketut Sutarwa, warga Dusun Munduk Tumpeng, Desa Berambang, Kecamatan Negara, yang rumahnya rusak total setelah tertimbun longsoran tanah, Sabtu (23/10) sore.
Karena belum ada bantuan dari pemerintah kabupaten, ia hanya mengandalkan sumbangan pakaian ganti maupun kebutuhan makanan dari warga sekitar.
Longsor yang menimpa rumah beserta isinya membuat Sutarwa beserta istri dan dua orang anaknya tidak lagi memiliki pakaian.
Selain itu, Sutarwa juga mesti bersabar karena timbunan tanah dan bebatuan di rumahnya tidak bisa cepat dibersihkan.
Kepala Desa Berambang Made Arimbawa mengatakan, akibat longsor itu, jalan menuju rumahnya sulit dijangkau.
Bahkan alat berat yang didatangkan Pemkab Jembrana untuk membersihkan longsoran, belum berani menembus jalan menuju rumah tersebut.
"Alat berat itu masih dioperasikan untuk membersihkan longsoran tanah yang menutup akses jalan, sementara untuk menuju rumah Pak Sutarwa kita lihat dulu kemungkinannya karena jalan menuju ke sana sangat suslit untuk dilalui," kata Arimbawa.
Namun Arimbawa menegaskan, jika alat berat itu tidak berani menuju rumah Sutarwa, pihaknya akan mengerahkan warga untuk bergotong royong membersihkan lokasi tersebut dari longsoran. Tapi karena dikerjakan dengan tenaga manusia, pembersihan akan berjalan lambat.
"Mudah-mudahan setelah longsoran di jalan bersih, alat berat bisa dioperasikan menuju ke sana," harap Arimbawa.
Terkait dengan bantuan dari pemerintah, Arimbawa mengaku, pihaknya sudah membuat laporan ke Camat Negara maupun Bupati Jembrana. Ia juga mengungkapkan, beberapa saat setelah kejadian Bupati Winasa sempat meninjau lokasi tersebut.
Di sisi lain, hingga Minggu belum diperoleh kepastian berapa warga yang menjadi korban banjir di Kabupaten Jembrana. Kepala Dinas Kesehatan Dan Kesos dr Putu Suasta, selaku penanggungjawab instansi teknis pemberian bantuan kepada korban bencana mengaku dirinya masih berada di Klungkung. Sedangkan Kepala Bidang Kesos di dinas tersebut, Cindrayasa, belum berhasil dimintai penjelasan, karena telepon selulernya tidak aktif.
Menurut Suasta, lewat telepon ia sudah memerintahkan Cindrayasa untuk mengevakuasi warga di daerah-daerah rawan banjir maupun longsor.
"Kita pantau terus, jika terjadi hujan lebat lagi kami siapkan evakuasi untuk warga yang rumahnya berada di kawasan rawan banjir maupun longsor," kata Suasta.
Untuk bantuan, Suasta mengaku, pihaknya hanya bisa memberikan paket alat-alat dapur dan sembako sekadarnya. Untuk bantuan yang lebih besar, seperti biaya perbaikan rumah, ia masih akan melakukan koordinasi dengan pemerintah provinsi.
Hujan lebat Sabtu siang hingga sore hari lalu membuat sejumlah desa di Kabupaten Jembrana tergenang banjir. Selain di Gumbrih yang membuat arus lalu lintas Denpasar-Gilimanuk sempat macet, banjir hebat juga melanda Desa Kaliakah, Baluk, Warnasari, Pengambengan dan Kelurahan Loloan Barat.
Desa-desa yang diterjang banjir itu berada merata di seluruh kecamatan yang ada mulai dari Kecamatan Pekutatan, Mendoyo, Jembrana, Negara hingga Melaya.
Di Dusun Pangkung Liplip, Desa Kaliakah, banjir menghanyutkan "serkel" (mesin pengolah kayu) milik Wayan Rena. Akibat kejadian itu, ia menderita kerugian ratusan juta rupiah.
Akibat banjir bandang juga memaksa dua kepala keluarga di Lingkungan Terusan, Kelurahan Loloan Barat, mengungsi karena rumahnya terendam air sampai sebatas leher orang dewasa.(*)