Gianyar (Antara Bali) - Di Kabupaten Gianyar, Bali hanya dua subak seluas 110 hektare dari sawah yang ada seluas 14.575 hektare yang mengalami kekurangan air dalam musim kemarau ini, akibat menurunnya debit air sungai di daerah itu.
"Kekurangan air bagi lahan pertanian, khususnya yang menanam padi telah disiasati dengan sistem tanam bergilir, sehingga kekeringan air dapat ditekan sekecil mungkin," kata Sekretaris Dinas Pertanian, Perhutanan dan Perkebunan (Distanhutbun) KabupatenGianyar, I Gusti Ngurah Aryawan didampingo Kabid Sarana dan Prasana I Gusti Agung Sri Widiawati di Gianyar, Kamis.
Ia mengatakan, kedua subak yang mengalami kekurangan air itu terdiri atas subak Kebon Desa Kedisan Tegallalang seluas 31 hektare dan subak Sebatu seluas 79 hektare.
Dampak dari penurunan debit air sebesar 30 persen dari aliran normal pada salah satu sungai dekat subak tersebut, menyebabkan aliran air irigasi tidak maksimal sehingga diterapkan sisten gilir tanam.
Sementara satu subak yakni subak Yeh Tengah Desa Kelusa Payangan seluas 52 hektare mengalami mundur tanam akibat kerusakanan saluran irigasi.
"Kami sudah koordinasi dengan pihak Pemprov Bali untuk segera melakukan perbaikan saluran irigasi yang rusak," terang Ngurah Aryawan.
Menunggu perbaikan tersebut pihaknya telah menganjurkan petani di subak Yeh Tengah untuk menanam jagung, kedelai atau kacang tanah yang tidak memerlukan pengairan yang maksimal.
Gianyar terbebas dari kekeringan, menurut Ngurah Aryawan, karena banyak terdapat sumber air di daerah itu salah satunya keberadaan sejumlah sungai. Terbukti daerah hilir saat ini tidak kekurangan air seperti di Subak Selat Belega, Blahbatuh Gianyar.
Pemkab Gianyar, kata dia telah menyiapkan sejumlah langkah untuk petani jika terjadi kekeringan, diantaranya menyiapkan berbagai teknologi termasuk pompa air.
Terkait ancaman hama penyakit sampai saat ini sepanjang pengamatan di lapangan, ada beberapa lahan pertanian yang terserang penyakit tungro, namun masih dibawah ambang batas, artinya tidak berdampak bagi produksi.
"Serangan hama dan penyakit tentu tetap ada tapi persentasenya sangat kecil dan tidak berpengaruh terhadap produksi," jelasnya. (WDY)