Denpasar (ANTARA) - Organisasi lingkungan nonprofit Yayasan Idep Selaras Alam bersama Politeknik Negeri Bali (PNB) membangun 91 sumur pemanenan air hujan (rain water harvesting) sejak 2018 untuk mendukung konservasi sumber daya air di Pulau Dewata.
“Kami berupaya membangun di daerah imbuhan (resapan) utama supaya cadangan air tanah Bali terus bertambah,” kata Direktur Eksekutif Yayasan Idep Selaras Alam Muchamad Awal di sela diskusi terkait isu air di Sanur, Denpasar, Bali, Selasa.
Baca juga: Gubernur Bali harapkan FSBJ (9-23 Oktober) bertutur pentingnya sumber air
Ia menjelaskan, tantangan utama Bali saat ini salah satunya terkait ancaman krisis air yang dipengaruhi perubahan iklim dan masifnya pertumbuhan pariwisata terutama di bagian selatan Bali yang banyak mengonsumsi air sehingga mempengaruhi kuantitas dan kualitas air tanah.
Pembangunan sumur yang menampung air hujan itu dilakukan di wilayah imbuhan utama yang terletak di wilayah tengah Bali atau bagian hulu di antaranya Kabupaten Bangli, Karangasem, Tabanan dan Buleleng.
Ia menjelaskan, satu unit instalasi itu diperkirakan menelan biaya Rp36 juta dengan kedalaman misalnya hingga 32 hingga 50 meter yang menyesuaikan kondisi daerah.
Di atas sumur itu terlebih dahulu dibangun bak penampungan misalnya berukuran sekitar 2x4 meter dan tinggi sekitar 1,2 meter serta dilengkapi saringan untuk menghindari kontaminasi kandungan zat lain.
Kemudian air hujan yang tertampung di bak, dialirkan ke sumur menggunakan pipa.
Dari 91 sumur air hujan itu, sebanyak 24 di antaranya dibangun oleh PNB dan ditargetkan dapat membangun 136 sumur pemanenan air hujan.
Baca juga: Balispirit Festival hadir untuk selamatkan pasokan air di Bali
Sementara itu, Guru Besar Ergonomi PNB Prof Dr Lilik Sudiajeng dalam kesempatan yang sama menjelaskan sumur pemanenan air hujan berbeda dengan sumur resapan karena sumur resapan, kata dia, menampung semua air termasuk air buangan sehingga perlu difilter lebih ketat.
Selain di daerah imbuhan, lanjut dia, sumur panen air hujan itu dibangun di tempat publik untuk sekaligus edukasi masyarakat di antaranya di halaman sekolah, balai banjar (dusun/desa), hingga gelanggang olahraga.
Ia menambahkan salah satu sumur pemanenan air hujan yang dibangun di daerah hulu di Desa Munduk, Kabupaten Buleleng dapat menghasilkan air resapan dengan kapasitas 41 meter kubik per jam.
Nantinya air hujan di dalam sumur itu akan meresap dan mengalir ke wilayah yang lebih rendah sebagai cadangan baru air tanah.
Berdasarkan data Yayasan Idep dari laporan Walhi Bali, penggunaan air tanah di Bali melebihi kapasitas siklus hidrologi dan intrusi air laut yang terjadi di sejumlah tempat wisata.
Muka air tanah juga mengalami penurunan di Cekungan Air Tanah Denpasar-Tabanan tercatat sebesar 1,4 hingga 29,2 meter dalam kurun waktu 1985-2004.