Denpasar (Antara Bali) - Gubernur Bali Made Mangku Pastika menilai di provinsi itu belum memerlukan adanya operasi pasar dalam mengantisipasi kemungkinan lonjakan harga kebutuhan pokok selama bulan Ramadhan.
"Operasi pasar mungkin belum perlu. Kalau persediaan cukup, suplai cukup, harga tidak menggila, jadi untuk apa operasi pasar," kata Pastika, di Denpasar, Rabu.
Menurut dia, jika berkaca dari bulan Ramadhan pada tahun-tahun sebelumnya, biasanya dua minggu sebelum Lebaran, para pemudik sudah mulai meninggalkan Bali untuk pergi ke kampung halamannya.
Oleh karena itu, ujar Pastika, relatif persediaan bahan pokok di Bali cukup dan stoknya masih banyak karena sudah banyak masyarakat di daerahnya yang pergi mudik.
Demikian juga dengan pasar murah, dipandangnya belum perlu juga. "Siapa yang mau bikin pasar murah, yang bayar kemahalannya siapa. Kalau ada instansi, perusahaan, perkumpulan mau bikin pasar murah ya kami terima kasih," ucapnya.
Tetapi kalau pemerintah yang sampai menggelar pasar murah, pihaknya masih berpikir juga untuk mengalokasikan pendanaannya. "Duitnya darimana, kita realistis saja," tegasnya.
Di sisi lain, Pastika tidak memungkiri selama bulan Ramadhan pasti akan terjadi inflasi, namun itu dapat diantisipasi dengan suplai barang yang cukup.
"Inflasi pasti karena harga makin mahal dan biasanya kalau Ramadan, Galungan, Kuningan dan Lebaran itu konsumsinya meningkat," ucapnya.
Berdasarkan pantauan harga kebutuhan pokok di pasar tradisional di Denpasar, beberapa kebutuhan pokok telah mengalami peningkatan harga, seperti telur yang paling menonjol terjadi pada harga telur ayam buras dua hari lalu masih kisaran harga Rp33 ribu/kerat (1 kerat isi 30 butir telur), namun sekarang harganya sudah naik menjadi Rp37.000/kerat.
Demikian juga dengan harga daging ayam saat ini mencapai Rp30.000 per kilogram, sedangkan dua hari yang lalu harganya masih stabil kisaran Rp29.000 per kilogram. (WDY)