Sejak sah beroperasi pada tahun 2001 silam, Yayasan Widya Dharma Shanti (WDS) telah berkembang menjadi salah satu badan penyelenggara pendidikan terbesar di Bali, khususnya di bidang teknologi informasi dan komputer. Sekitar 8.000 mahasiswa dan 2.000 siswa atau total 10.000 orang kini sedang menempuh pendidikan di STIKOM Bali Group.
Denpasar-Pembina Yayasan WDS Prof. Dr. I Made Bandem, MA mengatakan, Keberadaan aset-aset pendidikan milik Yayasan WDS seperti Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Teknik Komputer (STMIK) STIKOM Bali, Sekolah Tinggi Teknologi (STT) Bandung, SMK TI Bali Global (Denpasar, Dalung, Singaraja, Karangasem dan Jimbaran) SMKTI Indonesia Global (Ponorogo), Politeknik Nasional Denpasar, Poltek Ganesha Guru Singaraja, LPBA (Denpasar dan Grokgak), Bisma Informatika (Denpasar), LPBAI (Denpasar, Bandung, Banyuwangi dan Jogjakarta), serta PJJ STIKOM Bali (Singaraja, Karangasem dan Bima, NTB) telah meluaskan peran serta dan sumbangsih Yayasan WDS dalam meningkatkan dan memajukan daya saing bangsa.
Hal itu dikatakan Prof. Made Bandem dalam sambutannya pada wisuda ke-15 Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Teknik Komputer (STMIK) STIKOM Bali di Nusa Dua, Bali, Sabtu (23/5/2015).
Menurut Made Bandem, apa yang telah dicapai oleh Yayasan WDS hal tersebut tidaklah mudah, selain kesamaan visi dan kerja keras para pendiri dan pengurus yayasan di antaranya Bapak Satria Dharma, Bapak Ida Bagus Dharmadiaksa, Ibu Lilis Yuningsih, Bapak Nyoman Swastika, Bapak Marlowe Bandem dan Bapak Dadang Hermawan selaku Ketua STMIK STIKOM Bali, keunggulan kami juga berkat kemitraan dengan berbagai pihak, baik para mitra bisnis, perguruan tinggi lainnya dan tentunya pemerintah.
“Masih segar dalam ingatan bagaimana Bapak Puspayoga, selaku Walikota Denpasar periode tahun 2000 – 2008, dengan gigih mendorong dan membukakan jalan bagi kami, saat pembangunan kampus utama Renon, Denpasar. Begitu pula dengan Bapak Walikota Denpasar, Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra, yang terus merangkul dan menyertakan STMIK STIKOM Bali dalam berbagai agenda kreatif di lingkungan Kota Denpasar, termasuk juga memberi ruang bagi aktivitas Tri Dharma Perguruan Tinggi STMIK STIKOM Bali dalam konstruksi visi ideal beliau akan Denpasar sebagai kota pusaka, kota kreatif dan kini sebagai kota pintar (Smart City),†beber Made Bandem.
Menurut Made Bandem, pendidikan TIK adalah domain yang terus berevolusi. Kita sedang hidup dalam sebuah dunia yang berputar 24 jam tanpa henti oleh terjalinnya globalisasi yang revolusioner dan kecanggihan perkembangan TIK yang mengubah cara kita melakoni kehidupan. Konektivitas dan portabilitas dunia dewasa ini membuat kekangan ruang dan waktu menjadi kabur dan teknologi yang canggih mendorong pertukaran informasi, bahkan sampai titik melanggar kebebasan pribadi. Kita secara pasti didesak makin dalam memasuki palung kenyataan yang tak berbatas. Singkatnya, kita beredar dalam berbagai cakrawala budaya dunia.
“Inilah yang menjadi tantangan bagi kami, dan sebagai jawaban kami terus mengupayakan lahirnya ahli-ahli TIK yang handal, namun juga sebagai pencipta (creator) berbagai karya TIK yang berbicara dari sudut pandang budaya Bali. Banyak mahasiswa dan lulusan STIKOM Bali berhasil menciptakan aplikasi yang memadukan kecerdasan teknologi dengan kreativitas kewirausahaan, khazanah seni budaya Bali-Nusantara, dan bahkan relung pencerahan spiritual,†sebutnya.
Bandem mengungkapkan beberapa karya skripsi mahasiswa STIKOM Bali yang memadukan budaya Bali dengan ilmu ICT (TIK). Seperti, aplikasi konversi huruf Latin menjadi aksara Bali, Augmented reality Book Gamelan Semar Pagulingan, Editor Notasi Gending Bali berbasis Desktop, Multiplayer Game Leak Bali Tiga Dimensi, Game Gebogan berbasis Corona SDK, Game Barong Bangkung berbasis Android, Aplikasi Denpasar Festival berbasis Mobile, Augmented Reality Pengenalan Gerakan Dasar Tari Bali, Game Sarana Upakara Banten Segehan dan lain-lain adalah sebagian kecil dari tingginya pemahaman dan kemampuan mahasiswa dan dosen STIKOM Bali dalam mengembangkan TIK yang menarik, unik, dan berfungsi bagi pelestarian dan pengembangan (continuity and change) akar budaya Bali.
“Kami yakin, tidak lama lagi, STIKOM Bali akan mampu menghasilkan beragam aplikasi TIK yang berguna bagi kesinambungan alam dan lingkungan kita. Tidak bisa dipungkiri bahwa beban pembangunan yang disangga pulau tercinta ini membutuhkan perubahan pola pikir dan solusi-solusi cerdas,†tukas Bandem.
Tantangan berikutnya, adalah mengembangkan pola pembelajaran yang merekatkan pendidikan dan berbagai teknologi baru antara lain virtual university, cloud computing, dan modul online. Mengingat TIK telah merasuki hampir semua aspek kehidupan dan merubah cara kita berkomunikasi, bekerja dan bermasyarakat, maka dibutuhkan pembelajaran dan pendidikan yang memastikan semua orang bisa meraih manfaat dari dunia teknologi serta mengurangi resiko-resiko yang terkandung di dalamnya.
“Kami akan memastikan STIKOM Bali berada di garis depan penerapan metode-metode baru pengajaran dan pembelajaran, peningkatan strata dan kapasitas dosen pengajar, pengembangan fasilitas kampus, dan penguatan mutu akademik serta mekanisme pengawasan demi terlaksana dan terjaminnya program-program studi TIK yang menjawab kebutuhan dan tantangan zaman,†tutup Bandem. (Humas-RSN)
Yayasan Widya Dharma Shanti Penyelenggara Pendidikan Terbesar di Bali
Senin, 1 Juni 2015 15:54 WIB