Denpasar (Antara Bali) - Sekitar 75 mahasiswa Jurusan Kerawitan Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Bali ikut ambil bagian dalam menyukseskan upacara "pengabenan" atau kremasi jenazah I Made Kredjeng, di Banjar Padang Tegal Ubud, Kabupaten Gianyar, Rabu.
I Made Kredjeng merupakan ayahnda Pembantu Rektor III ISI Denpasar Drs I Made Subrata.
"Pada prosesi pengabenan itu mahasiswa ISI menampilkan musik tradisional Bali dengan pola musikal baru dalam menabuh gamelan blaganjur," kata Dekan Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar I Ketut Garwa SSn, MSn, didampingi Ketua Jurusan Karawitan I Wayan Suharta SSkar, MSi, di Denpasar.
Ia mengatakan, mahasiswa lembaga pendidikan tinggi seni itu tidak pernah surut dari berbagai kreativitas.
"Dalam 'ngayah' alunan musik melengkapi upacara 'Pitra Yadnya' kali ini, kami tambahkan dengan beberapa instrumen, antara lain 'tawa-tawa' pengganti 'kajar'," kata Ketut Garwa.
Penambahan instrumen "tawa-tawa" dimaksudkan untuk memberikan dinamika musik yang lebih keras dan semangat dalam gambelan bleganjur, yaitu untuk memberi semangat kepada penggotong "bade" dan "lembu" menuju kuburan.
Demikian pula penabuh Asti Pertiwi yang terdiri atas wanita karyawan di lingkungan ISI Denpasar, juga ikut memeriahkan acara "ngaskara" atau pembersihan dalam rangakain pengabenan itu.
Keikutsertaan ISI Denpasar dalam kegiatan "Pitra Yadnya" keluarga besar ISI Denpasar, disambut hangat dan apresiasif oleh masyarakat Padang Tegal, perkampungan seniman Ubud.
Prosesi arak-arakan "bade" dan "lembu" dari rumah duka menuju "setra" atau kuburan berjarak sekitar satu kilometer, diiringi gambelan bleganjur, sehingga suasana menjadi marak dan para penggotong bersemangat.
Iringan gamelan blaganjur tersebut mampu meyulut semangat warga yang menggotong "bade", meski siang itu matahari bersinar sangat menyengat.
Air yang disemprotkan ke arah arak-arakan warna, seakan melengkapi warna semarak gambelan bleganjur yang penuh nuansa pembangkit semangat.
I Ketut Garwa mengekspresikan rasa bangganya kepada seluruh mahasiswa Jurusan Karawitan semester I yang berhasil membangun kreativitas yang demikian membanggakan dengan menambahkan instrumen "tawa-tawa".
Mahasiswa harus diberi ruang dan waktu untuk mengekspresikan imajinasi kreativitas, sehingga mampu bergaul dan berbaur dengan masyarakat. Salah satunya dengan ikut serta dalam kegiatan "ngayah".
"Bentuk apresiasi tersebut merupakan bukti bahwa kampus ISI Denpasar adalah milik masyarakat, sehingga dapat menjadi wadah untuk berkreativitas bersama guna melestarikan kesenian Bali yang merupakan bagian dari kebudayaan Indonesia yang dikagumi dunia," ujar Garwa.(*)