Jakarta (Antara Bali) - Pegangan atau genggaman tangan yang lemah dihubungkan dengan keberelangsungan hidup yang pendek dan memiliki risiko yang lebih besar mengalami serangan jantung atau stroke, demikian dikutip situs sciencedaily berdasarkan sebuah penelitian internasional yang melibatkan hampir 140.000 orang dewasa dari 17 negara yang berlatar belakang budaya dan tingkat ekonomi yang berbeda.
Penelitian yang dipublikasikan di The Lancet, juga menemukan bahwa kuatnya pegangan tangan adalah alat prediksi kematian yang lebih kuat dari pada tekanan sistolik darah, pengarang penelitian itu juga menyarankan tes genggaman tangan itu bisa digunakan sebagai alat pindai yang cepat dan murah oleh para dokter atau profesional kesehatan lainnya untuk mengidentifikasi pasien berisiko tinggi di antara orang-orang yang mulai terkena penyakit "gawat" seperti gagal jantung dan stroke.
Berkurangnya kekuatan otot, yang bisa diukur melalui kekuatan genggaman tangan, telah dihubungkan secara konsisten dengan kematian, cacat, dan penyakit. Namun hingga sekarang, informasi menganai nilai prognostik kekuatan pegangan masih terbatas, dan utamanya didapat dari negara-negara tertentu berpendapatan tinggi.
Penelitian saat ini dilakukan pada 139.691 orang dewasa berusia antara 35 hingga 70 tahun yang tinggal di 17 negara dari penelitian The Prospective Urban-Rural Epidemiology (PURE) untuk rata-rata empat tahun.
Penemuan dari penelitian itu menunjukkan setiap lima kilogram penurunan pada kekuatan genggaman diasosiasikan dengan 16 persen peningkatan risiko kematian dari berbagai sebab; 17 persen risiko lebih besar atas kematian yang diakibatkan kardiovaskular, 17 persen risiko lebih tinggi kematian yang diakibatkan kematian non-kardiovaskular, dan peningkatan lebih rendah risiko mengalami serangan jantung (tujuh persen) atau stroke (sembilan persen).
Asosiasi tersebut bertahan bahkan setelah memperhatikan perbedaan pada faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kematian atau penyakit jantung seperti usia, level pendidikan, status kepegawaian, tingkat aktivitas fisik, dan penggunaan tembakau dan alkohol.
Genggaman yang lemah dihubungkan dengan rata-rata kematian yang tinggi pada orang-orang yang memiliki penyakit kardiovaskular seperti serangan jantung dan stroke dan juga penyakit non-kardiovaskular seperti kanker. Hal ini menunjukkan kekuatan otot dapat memprediksi risiko kematian pada orang yang memiliki penyakit gawat.
Pemimpin pengarang penelitian Dr Darryl Leong dari Institut Riset Kesehatan Populasi, Ilmu Kesehatan Hamilton dan Universitas McMaster, Hamilton, Kanada mengatakan, "Kekuatan genggaman bisa menjadi tes yang mudah dan murah untuk menaksir risiko kematian seseorang dan penyakit kardiovaskular. Riset lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apakah upaya untuk meningkatkan kekuatan otot bisa mengurangi risiko kematian seseorang dan penyakit kardiovaskular."
Menulis dalam sebuah komentar tautan, Professor Avan Aihie Sayer dari Universitas Southampton, Southampton, UK, dan Professor Thomas Kirkwood dari Universitas Newcastle, Newcastle Tyne, UK berdiskusi apakah kekuatan genggaman bisa menjadi penanda biologis baru penuaan.
"Ini bukan ide baru, namun penemuan dari PURE menambah dukungan. Hilangnya kekuatan genggaman tidak mungkin bergantung pada satu jalan umum final untuk efek merugikan penuaan, namun hal itu mungkin bisa menjadi penanda bagus tersendiri proses pokok penuaan, mungkin karena keanehan penyakit otot yang spesifik berkontribusi mengubah dalam fungsi otot. (WDY)
Penerjemah: Ida Nurcahyani