Amlapura (Antara Bali) - Empat subak abian yang menghimpun ratusan petani jambu mete di Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem, Bali telah dinyatakan lolos untuk memperoleh sertifikasi produk ramah lingkungan dari lembaga internasional "IMO" Swiss.
"Produk hasil penerapan sistem pertanian organik itu betul-betul bebas dari penggunaan festisida maupun zat kimia lainnya yang membahayakan kesehatan manusia," kata Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Karangasem Drs I Made Mudita SP, di Amlapura, Minggu.
Ia mengatakan, pemberian sertifikasi produk ramah lingkungan oleh lembaga internasional melalui proses serta hasil penelitian dan pengkajian yang cukup lama.
"Ratusan petani yang terhimpun dalam subak abian dalam mengembangkan jambu mete menggunakan pupuk organik dan menggunakan pembasmi hama secara alami," tutur Made Mudita.
Ia menambahkan, keempat subak abian yang mengantongi sertifikat dari "IMO" Swiss akan sangat memudahkan produk jambu mete yang dihasilkan untuk menembus pasaran ekspor.
"Produk ramah lingkungan yang diperkuat dengan sertifikasi yang dikeluarkan oleh lembaga internasional menjadi salah satu persyaratan bagi ekspor komoditi perkebunan maupun pertanian pada era globalisasi," ujarnya.
Oleh sebab itu Pemkab Karangasem mendorong petani untuk mengembangkan komoditi unggulan bidang pertanian dalam arti luas melalui penerapan sistem pertanian organik, dengan harapan produk pertanian itu mampu menembus pasaran ekspor.
Sistem pertanian organik itu telah dikembangkan pada tanaman jambu mete yang mampu memberikan nilai ekonomis tinggi pada petani perkebunan.
Ia menjelaskan, pihaknya segera mengusulkan lagi sebelas kelompok subak abian jambu mete untuk memperoleh sertifikasi dari lembaga internasional tersebut.
Daerah ujung timur Pulau Bali itu memiliki tanaman jambu mete produktif seluas 7.851 hektare, di mana 300 hektare di antaranya telah menerapkan sistem pertanian organik yang didukung oleh 29 subak abian.
Sistem pertanian organik tersebut akan terus diperluas, dengan harapan mampu menjangkau seluruh tanaman jambu mete maupun komoditi perkebunan dan tanaman pangan lainnya.
Produksi jambu mete tersebut berhasil menembus pasaran negara-negara Eropa, yang volumnya setiap tahun meningkat rata-rata 15 persen.
Matadagangan jambu mete Bali timur itu mulai menembus pasaran Eropa pada tahun 2007 sebanyak 60 ton, meningkat menjadi 100 ton pada tahun 2008 dan bertambah lagi menjadi 140 ton pada tahun 2009.
Ekspor tesebut dalam tahun 2010 diharapkan mampu mengapalkan sedikitnya 200 ton biji jambu mete, ujar I Made Mudita berharap.(*)