Mataram (Antara Bali) - Pemerintah Provinsi Bali tertarik mempelajari metode pertanian yang diaplikasikan di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) salah satunya metode pertanian gogo rancah untuk meningkatkan produktivitas hasil pertanian di lahan kering.
"Provinsi NTB sudah swasembada. Bali baru dicanangkan tahun 2017. Kiat-kiat yang dilakukan dalam membangun pertanian perlu ditiru. Kiat-kiat itu kita bawa ke Bali. Itu menjadi bahan masukan termasuk pertanian," kata Kepala Bidang Pengumpulan Informasi Biro Hubungan Masyarakat Pemprov Bali, I Ketut Sukra Negara usai meninjau Gabungan Kelompok Tani di Desa Gapuk, Kecamatan Gerung, Lombok Barat, NTB, Kamis.
Menurut dia, Pulau Dewata dan Bumi Gora itu sama-sama memiliki permasalahan pertanian salah satunya terkait alih fungsi lahan di mana Bali rata-rata per tahun mengalami alih fungsi lahan pertanian yang diperkirakan mencapai 750 hingga 1.000 hektare.
Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan NTB, Budi Subagio menjelaskan bahwa rata-rata per tahunnya, Bumi Gora mengalami alih fungsi lahan pertanian seluas 350 hingga 400 hektare.
Meski demikian, provinsi tetangga Pulau Dewata itu berhasil mewujudkan swasembada pangan karena program gogo rancah atau disingkat Gora yang kini diklaim metode yang membawa surplus pangan di daerah itu.
"Kami memiliki program gogo rancah. Sejak itu NTB surplus pangan termasuk untuk memenuhi pangan nasional," katanya saat menerima kunjungan sejumlah awak media dari Pulau Dewata yang diakomodir Pemprov Bali melalui Media Informasi Pembangunan di Kantor Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura NTB di Mataram.
Budi lebih lanjut menjelaskan bahwa metode gogo rancah pada lahan kering dilakukan dengan menyiasati keadaan cuaca.
Sebelum hujan, lanjut dia, para petani sudah mulai mengatur tanah untuk selanjutnya mulai ditanami benih berupa bulir padi.
"Apabila air hujan diperkirakan sudah mencapai minimal 10 mililiter nantinya benih tersebut tumbuh di lahan kering yang mengandalkan dari pasokan hujan," imbuhnya.
Lahan sawah di 10 kabupaten/kota di NTB yakni berupa irigasi teknis seluas 203.776 hektare dan tadah hujan seluas 50.695 hektare.
Budi menjelaskan bahwa total produksi padi di NTB selama tahun 2013 mencapai 2.193.698 ton atau sekitar 3,10 persen berkontribusi bagi pasokan nasional yang berada di peringkat sembilan nasional.
Sedangkan tahun 2014, produksi padi menurun dibandingkan periode tahun sebelumnya yakni 2.116.637 ton.
Selain padi, provinsi itu juga surplus produksi jagung tahun 2014 yang mencapai 785.864 ton dan kedelai mencapai 135.765 ton. (WDY)
Bali Tertarik Pelajari Metode Pertanian NTB
Kamis, 12 Maret 2015 15:42 WIB