Jakarta (Antara Bali) - Untuk mengatasi melemahnya rupiah terhadap dolar
AS, pemerintah sebaiknya melakukan langkah seperti melakukan konversi
Bahan Bakar Minyak (BBM) ke Bahan Bakar Gas (BBG).
Demikian pendapat Wakil Ketua Komisi VII DPR RI menanggapi melemahnya rupiah hingga menembus Rp13.000/dolar.
"Kalau dalam konteks energi, ya kita sukseskan konversi dari BBM ke BBG
itu otomatis sudah mengurangi yang cukup signifikan impor daripada BBM
yang menggunakan mata uang dolar," kata Satya, di Gedung DPR RI,
Jakarta, Jumat.
Ia menjelaskan, pemerintah tidak perlu membangun Stasiun Pengisian Bahan
Bakar Gas (SPBG), tapi bisa memanfaatkan unit Stasiun Bahan Bakar Umum
(SPBU) yang tersedia. "Jadi itu yang kita minta pemerintahan Jokowi serius menekan neraca
transaksi berjalannya, supaya defisitnya tidak terlalu tinggi," ujarnya.
Politisi Golkar ini menilai, persoalan melemahnya rupiah terhadap dolar,
bukan hanya disebabkan oleh satu faktor, tapi banyak faktor. Maka dari itu, bila negara dan industri secara bersama-sama dapat
memanfaatkan resources atau sumber daya yang ada secara domestik
kemudian digunakan dalam market dalam negeri akan jauh mengurangi risiko
fluktuasi niai mata uang rupiah terhadap dolar.
"Semuanya adalah trade balance, jadi apabila orang mempunyai komoditas
yang nilai impornya dalam komunitas tersebut itu besar, dia akan
terpengaruh gejolak dunia, gejolak global. Tapi kalau dia menggunakan
kekuatan pasar, resources itu digunakan untuk kekuatan pasar domestik maka tidak akan terpengaruh dengan kurs dolar, itu aja," demikian Satya menjelaskan. (WDY)
Konversi BBM ke BBG Dapat Antisiapasi Melemahnya Rupiah
Jumat, 6 Maret 2015 10:53 WIB