Jakarta (Antara Bali) - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza
Adityaswara mengatakan, kondisi pelemahan Rupiah terhadap dolar AS
tidak berdampak buruk bagi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN).
"Hal ini harus disadari masyarakat, karena penghapusan subsidi BBM tidak lagi membebani APBN. Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) saat ini sudah mengikuti mekanisme pasar, tergantung dari dolar juga," kata Mirza di Jakarta, Kamis.
Menurut dia, harga BBM yang diubah pemerintah dengan mengikuti mekanisme pasar sejak Januari lalu itu justru berpotensi meningkatkan pemasukan negara dari sektor perminyakan.
Ketika BBM masih memperoleh alokasi subsidi, beban APBN pada tahun-tahun sebelumnya menjadi sangat besar dan mempengaruhi alokasi dana pada sektor lain, ujar Mirza menjelaskan.
"Dulu saat masih menggunakan subsidi, kalau dolar (AS) naik maka biaya produksi BBM kita juga naik. Tapi masyarakat belum sadar, karena sudah disubsidi. Di sisi lain justru pengeluaran pemerintah untuk subdisi meningkat," katanya menjelaskan.
Dana subsidi untuk BBM dalam APBN-Perubahan 2015 menyusut drastis menjadi Rp81 triliun, atau sekitar 70,6 persen dari periode sebelumnya yang mencapai Rp276 triliun. Sebelumnya, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan bahwa nilai tersebut sudah termasuk pembayaran carryover tahun lalu pada PT Pertamina sebesar Rp25 triliun. (WDY)
"Hal ini harus disadari masyarakat, karena penghapusan subsidi BBM tidak lagi membebani APBN. Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) saat ini sudah mengikuti mekanisme pasar, tergantung dari dolar juga," kata Mirza di Jakarta, Kamis.
Menurut dia, harga BBM yang diubah pemerintah dengan mengikuti mekanisme pasar sejak Januari lalu itu justru berpotensi meningkatkan pemasukan negara dari sektor perminyakan.
Ketika BBM masih memperoleh alokasi subsidi, beban APBN pada tahun-tahun sebelumnya menjadi sangat besar dan mempengaruhi alokasi dana pada sektor lain, ujar Mirza menjelaskan.
"Dulu saat masih menggunakan subsidi, kalau dolar (AS) naik maka biaya produksi BBM kita juga naik. Tapi masyarakat belum sadar, karena sudah disubsidi. Di sisi lain justru pengeluaran pemerintah untuk subdisi meningkat," katanya menjelaskan.
Dana subsidi untuk BBM dalam APBN-Perubahan 2015 menyusut drastis menjadi Rp81 triliun, atau sekitar 70,6 persen dari periode sebelumnya yang mencapai Rp276 triliun. Sebelumnya, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan bahwa nilai tersebut sudah termasuk pembayaran carryover tahun lalu pada PT Pertamina sebesar Rp25 triliun. (WDY)