Denpasar (Antara Bali) - Anggota DPRD Bali Nyoman Tirtawan mendesak pemerintah harus mampu memberikan jalan keluar dan memediasi terhadap pemasangan kabel saluran udara tegangan tinggi (Sutet) di Kampung Barokah, Kabupaten Buleleng.
"Pemerintah daerah harus mampu memfasilitasi dan memberikan jalan keluar pemasangan kabel Sutet untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di Desa Celukan Bawang tersebut," katanya di Denpasar, Jumat.
Hal tersebut menanggapi adanya penolakan beberapa warga dari Kampung Barokah untuk pemasangan kabel Sutet di wilayah mereka, karena kekhawatiran warga dengan kabel tersebut akan berpengaruh terhadap kesehatan.
"Pemerintah daerah dan PT PLN harus menjaga masyarakat setempat tetap kondusif, tidak mudah terprovokator terhadap pemasangan kabel Sutet itu," ucap politikus asal Bebetin, Kabupaten Buleleng.
Tirtawan mengharapkan kepada masyarakat Kampung Barokah dan sekitarnya juga harus berpikir ke depan terkait pemasangan kabel Sutet tersebut untuk kepentingan Bali secara menyeluruh.
"Saya berharap masyarakat setempat juga berpikir rasional dan tak mudah di provokasi terkait pemasangan kabel Sutet. Kalau memang sudah ada kesepakatan antara perusahaan listrik dengan warga masyarakat maka penyambungan segera dilakukan," katanya.
Tirtawan lebih lanjut mengatakan Bali saat ini memang kekurangan pasokan daya listrik, karena itu pihaknya berharap kepada pemerintah untuk mencari daya listrik terbarukan dan ramah lingkungan.
"Sebenarnya kalau pemerintah serius menggarap kelistrikan di Bali masih ada potensi lain yang bisa dimanfaatkan, antara lain listrik tenaga angin, matahari maupun air," katanya.
Sebelumnya, Humas PT PLN Distribusi Bali Wayan Redika menjelaskan 850 megawatt (MW) yang dimiliki dari empat sirkit kabel laut Jawa-Bali sebesar 340 MW. Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Gilimanuk 130 MW, PLTD Pemaron (Buleleng) 88 MW, dan PLTD Pesanggaran Kota Denpasar sebesar 292 MW.
"Beban puncak yang terdata itu sebesar 781 MW, Sedangkan pasokan listrik dari PLRG Gilimanuk berkurang karena ada perawatan. Akibatnya pasokan berkurang menjadi 720 MW," katanya.
Sehingga saat ini, kata Redika, Bali defisit listrik sebesar 60 MW, sehingga langkah diambil PLN Bali dilakukan pemadaman bergilir selama 9 hari, sejak 21 Februari hingga 1 Maret 2015.
"Akibat defisit daya listrik, maka kami terpaksa melakukan pemadaman bergilir di seluruh Bali," katanya. (ADT)