Denpasar (Antara Bali) - Akademisi Universitas Udayana Dr Rumawan Salain mengatakan kejadian banjir di beberapa titik di Kota Denpasar menjadi pembelajaran bersama, baik pemerintah maupun seluruh masyarakat.
"Intensitas curah hujan yang cukup tinggi membuat daerah aliran sungai tidak mampu menampung luapan air hujan hingga memasuki pemukiman warga, hal itu karena di daerah perkotaan resapan air semakin sempit," katanya di Denpasar, Senin.
Hal itu dikatakan Rumawan Salain menanggapi semakin seringnya terjadi genangan air atau banjir di Kota Denpasar.
"Marilah secara bersama-sama tingkatkan kesadaran berbudaya bersih dan tertib dalam pembangunan, Jangan membangun di tempat-tempat yang tidak sesuai peraturan tata ruang kota," katanya.
Rumawan Salain lebih lanjut mengatakan secara geografis Denpasar dikelilingi Kabupaten Badung, Tabanan, dan Gianyar sehingga dengan curah hujan yang secara merata di seluruh Provinsi Bali, tentu wilayah Denpasar secara faktor eksternal akan menerima limpahan air dari kabupaten sebelahnya.
Sementara faktor internal penanggulangan banjir yang didukung tanggapnya Pemkot Denpasar dengan telah memiliki "master plan" atau perencanaan drainase Kota Denpasar.
"Kota Denpasar telah tanggap dengan memiliki master plan drainase, sehingga kejadian banjir ini perlu kita lakukan evaluasi dengan melihat intensitas hujan, volume hujan per hari dan per jam yang dapat mempengaruhi daya tampung daerah aliran sungai di wilayah kota," ujarnya.
Menurut dia, melihat kondisi tersebut Kota Denpasar yang cukup terbuka sebagai barometer Provinsi Bali, dengan pembangunan begitu cepat memiliki jumlah penduduk 800 ribu lebih, daerah terbangunnya 60 persen lebih, ruang tidak terbangun tersisa sekitar 40 persen tentu perlu berhati-hati terhadap peresapan.
Namun ini juga telah diambil langkah Pemkot Denpasar melalui pembuatan sumur-sumur resapan di tingkat masyarakat, dan sekolah-sekolah melalui lubang biopori. Disamping itu beberapa pintu air yang berada di Denpasar tidak secara keseluruhan menjadi tanggung jawab dan kapasitas pemkot, namun juga menjadi tanggung jawab beberapa kabupaten yang berada bersebelahan dengan Kota Denpasar.
"Sehingga membagi pengaliran air ini dalam sebuah wilayah juga membutuhkan peran pemerintah provinsi dapat melakukan koordinasi lintas kabupaten dan kota untuk melakukan langkah-langkah penanggulangan banjir.
Rumawan Salain mengatakan jaringan air primer, sekunder dan tersier harus bebas hambatan dengan terkoneksi benar dari sungai melalui pengaturan manejemen pintu air. Kejadian banjir di Kota Denpasar tidak tertutup kemungkinan disebabkan oleh sampah, namun hal ini telah dilakukan langkah Wali Kota Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra dalam menggalakan kebersihan lingkungan masyarakat dengan keterlibatan adat dan dinas secara swadaya.
Permasalahan sampah ini tentunya tidak sepenuhnya menjadi tanggung jawab masyarakat yang tinggal di Kota Denpasar namun penduduk pendatang sesaat yang tidak memiliki etos yang sama untuk memelihara Denpasar sebagai sebuah ilustrasi Kota Provinsi Bali.
"Kejadian banjir beberapa waktu lalu menjadi pembelajaran kita bersama yang juga telah dilakukan penanganannya oleh Pemkot Denpasar dengan melakukan langkah-langkah penggelontoran maupun merevitalisasi drainase yang ada," katanya. (WDY)
Akademisi : Banjir di Denpasar Permasalahan Bersama
Senin, 23 Februari 2015 17:23 WIB