Denpasar (Antara Bai) - Perdagangan kartu ucapan selamat Hari Raya Idul Fitri menjelang lebaran 2010 di toko-toko buku maupun toko buku yang disediakan Swalayan di kota Denpasar dan sekitarnya sepi pembeli.
"Penjualan kartu Lebaran biasanya laris dibeli masyarakat untuk bisa berkirim ucapan Selamat kepada sanak keluarga atau sahabat, boleh dikatakan tidak ada pembeli lagi," kata Ni Made Suartini pedagang di Denpasar Senin.
Kartu ucapan selamat hari raya yang lengkap berisi gambar yang mencerminkan suasana Idul Fitri biasanya laris dibeli oleh masyarakat, namun sekarang sudah sepi peminat akibat sudah tersedia sarana yang lebih canggih.
"Berkirim kartu ucapan selamat Hari Raya sudah ketinggalan zaman, sebab sudah tersedia sarana yang lebih canggih dan pesan yang disampaikan bisa diterima saat itu pula oleh para sahabat yang dituju," kata M. Nurdin.
"Masyarakat sekarang yang tidak bisa ketemu dengan rekannya lebih senang menyampaikan ucapan selamat berhari raya Lebaran lewat Short Message Service (SMS) atau Facebook," kata pemuda lajang itu yang mengaku tidak mudik ke Malang.
Made Suartini mengatakan, pihaknya tetap menyediakan kartu ucapan selamat Hari raya umat Muslim itu dari persediaan yang lama, sebab tahun ini tidak ada lagi pencetakan kartu ucapan sejenis karena sepi peminatnya.
Usaha percetakan maupun sablon yang selama ini biasa menerima pesanan untuk pembuatan kartu ucapan selamat hari raya keagamaan juga mengalami nasib yang sama karena tidak ada pemesanan kartu terakhir ini.
Pencetakan kartu ucapan selama hari raya hampir tidak ada, akibat dikalahkan dengan sarana yang lebih canggih yakni telepon genggam maupun facebook, kata Wayan Sadia pengusaha percetakan di Denpasar.
Penyampaian ucapan selamat dengan sarana teknologi canggih tersebut mungkin jauh lebih murah jika dibandingkan mencetak kartu undangan, apalagi harga kertas, tinta semakin mahal akibat pengaruh kenaikan harga lainnya.
Usaha kecil menengah seperti percetakan semakin sulit karena adanya perkembangan teknologi dan kalah bersaing akibnat rendahnya sumber daya manusia dan permodalan, tutur Wayan Sadia yang menekuni usaha ini sejak sepuluh tahun.(*)