Jakarta (Antara Bali) - Sektor keuangan mikro sepanjang tahun 2015 diprediksi
akan mengalami kelesuan yang salah satunya disebabkan oleh kenaikan
tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia dan perlambatan pemulihan
ekonomi di Eropa dan Jepang.
"Kenaikan suku bunga acuan Bank
Indonesia (BI Rate) menjadi 7.7,5 bps sebagai respons inflasi akibat
kenaikan bahan bakar minyak (bbm) subsidi akan turut menekan sektor
keuangan mikro," kata pengamat dari Asosiasi Kader Sosio-Ekonomi
Strategis (AKSES) Suroto di Jakarta, Selasa.
Hal itu, kata dia,
sedikit banyaknya akan diperparah oleh keputusan target pertumbuhan
ekonomi Tiongkok yang dipatok sebesar 7 persen yang akan turut
memperkuat asumsi kelesuan ekonomi di kawasan Asia Pasifik pada tahun
2015.
Oleh karena itu, Suroto menilai para pelaku Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (UMKM) kemungkinan besar akan mempertimbangkan
"spread" yang tinggi dari perbankan.
"Mereka akan lebih selektif
untuk mencari sumber modal. Sektor UMKM akan lebih banyak memanfaatkan
sumber modal kerjanya dari sumber-sumber internal ataupun skema program
pemerintah nonkomersial," katanya.
Ia menilai kenaikan BI Rate
yang terlalu dini sedikit banyaknya memang memiliki nilai strategis
untuk mengantisipasi laju inflasi yang tinggi di akhir tahun ini.
Namun, di sisi lain menjadi pukulan telak bagi sektor bisnis, termasuk UMKM sampai awal 2015.
"Bank pada akhirnya hanya akan mengambil kebijakan konservatif dengan memperluas segmen sektor konsumtif," katanya.
Menurut
dia, BI juga kemungkinan akan segera mengantisipasi respons kebijakan
The Fed untuk menaikkan tingkat suku bunga pada caturwulan pertama 2015.
Suroto menilai hal ini akan memperparah kondisi jika pemerintah sedikit saja "terpeleset" memilih langkah antisipasi.
Ia
juga memperkirakan kredit mikro sepanjang 2015 akan mengalami penurunan
karena kebijakan moneter yang tidak terkendali kemungkinan banyak
terjadi tahun depan.
"Pemerintah harus hati-hati, kebijakan
fiskal yang sedikit longgar karena kenaikan harga BBM subsidi
harus-benar benar dapat membantu memberi stimulus bagi UMKM," katanya.
Menurut dia, pemerintah harus segera merapikan regulasi dan kebijakan keuangan mikro yang tumpang-tindih.
Untuk
mendukung sektor UMKM, kata dia, sebaiknya bank pertanian dan perikanan
harus mulai dirintis salah satunya melalui penyelesaian RUU Perbankan
yang sempat mandek.
"Pemerintah harus memberikan insentif pada sektor UMKM berupa keringanan pajak dan insentif lainya," katanya.
Pasalnya,
2015 akan menjadi tahun yang penuh tantangan dengan angka pertumbuhan
ekonomi berkisar di angka 4,8--5,2 persen. Inflasi akan membayangi
pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun.(WDY)
Sektor Keuangan Mikro Diprediksi Lesu pada 2015
Selasa, 16 Desember 2014 10:49 WIB