Lebak (Antara Bali) - Masyarakat Baduy yang tinggal di pedalaman Kabupaten
Lebak, Provinsi Banten, hingga kini mengandalkan ekonomi dari hasil bumi
sehingga kenaikkan harga bahan bakar minyak tidak berdampak terhadap
kehidupan mereka.
"Masyarakat kami hingga kini mengandalkan
kehidupan ekonomi dari bercocok tanam ladang tanpa menggunakan pupuk
kimia," kata Kepala Adat Baduy yang juga Kepala Desa Kanekes, Kecamatan
Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Dainah, Minggu.
Ia mengatakan,
masyarakat Baduy yang diperkirakan jumlah penduduknya mencapai 11 ribu
orang itu sejak turun temurun mengandalkan ekonomi dari hasil bumi.
Mereka bercocok tanam di ladang-ladang, seperti pisang, padi huma, sayur-sayuran, buah-buahan hingga tanaman keras.
Sebagian
hasil ladang itu jika musim panen dijual ke pasar Rangkasbitung di
antaranya durian, pisang, petai, nangka berit dan manggis.
Mereka
kebanyakan petani Baduy bertanam itu di ladang dengan lokasi perbukitan
juga berpindah-pindah sehingga lahan tanamanya subur.
Sebab petani Baduy hanya mengutamakan pupuk organik dari bekas pembakaran sampah tanpa pupuk kimia.
"Kami sejak dulu hingga kini belum kelaparan karena hasil bumi itu, seperti padi huma untuk kebutuhan keluarga saja," katanya.
Menurut dia, saat ini masyarakat Baduy tidak mengetahui pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM).
Sebab kawasan Baduy tidak memiliki media elektronika maupun media cetak karena dilarang adat.
Mereka mengetahui kenaikkan harga BBM dari naiknya ongkos angkutan dan harga sembilan bahan pokok.
"Kami merasa kaget ketika naik angkutan harus membayar tarif lebih dari biasanya," katanya.
Ia menyebutkan, selama ini kenaikkan BBM belum berdampak terhadap masyarakat Baduy karena kebutuhan pangan melimpah.
Selama ini, masyarakat Baduy belum pernah terjadi kelaparan karena kebutuhan pangan melimpah.
"Kami
setiap panen padi huma disimpan dalam gudang dan tidak dijualnya,
sehingga persedian pangan cukup untuk kebutuhan keluarga," katanya.
Begitu
pula, Jali, seorang petani Baduy mengaku bahwa dirinya hingga kini
tidak menaikkan harga hasil bumi, seperti pisang karena belum mengetahui
kenaikkan harga BBM.
"Kami menjual hasil bumi itu masih harga normal," katanya.(MFD)
Masyarakat Baduy Andalkan Ekonomi dari Hasil Bumi
Minggu, 23 November 2014 14:37 WIB