Jakarta (Antara) - Geolog Rovicky Dwi Putrohari mengatakan cadangan
minyak dan gas bumi di Blok Mahakam, Kalimantan Timur, masih cukup
besar.
"Sebagai geolog, saya menilai cadangan migas Mahakam masih
besar. `Upside potential` atau lapangan yang belum dikembangkan di
sekitar Mahakam masih menyimpan potensi besar," katanya di Jakarta,
Minggu.
Pemerintah berencana menyerahkan pengelolaan Mahakam ke Pertamina pascahabis kontrak dengan Total E&P Indonesie pada 2017.
Selanjutnya,
Pertamina bisa mengelola 100 persen Mahakam atau mengajak Total dengan
kompensasi memperoleh blok milik perusahaan asal Perancis tersebut di
luar negeri.
Menurut Rovicky, yang juga mantan Ketua Umum Ikatan
Ahli Geologi Indonesia (IAGI) itu, saat ini, Mahakam belum dikembangkan
secara optimal.
Wilayah tersebut, lanjutnya, dalam istilah
geologi belum dilakukan "go deeper" atau upaya mencari migas di
"reservoir" yang lebih dalam lagi atau di bawah yang ada saat ini.
Teknologi "go deeper" yang biasa dipakai adalah tekanan tinggi temperatur tinggi (high pressure high temperature/HPHT).
"Jadi,
di Mahakam itu belum dieskplorasi `reservoir` yang lebih dalam lagi dan
menyimpan potensi yang besar. Kalau itu dilakukan, saya yakin akan
ditemukan cadangan besar," katanya.
Ia mencontohkan, Blok Cepu
yang sebenarnya lapangan tua, namun setelah dilakukan "go deeper" dengan
teknologi HPHT ditemukan cadangan besar.
"Nah, di Mahakam ini belum dilakukan HPHT," ujarnya.
Hanya saja, lanjutnya, teknologi HPHT tersebut memiliki risiko tinggi dengan biaya besar.
Oleh
karena itu, opsi kolaborasi Pertamina bersama Total dengan skema
pertukaran (swap) aset, bisa menjadi pertimbangan, sehingga dapat
berbagi risiko dan biaya.
Selain juga, kolaborasi bersama Total
bakal memberikan keuntungan lain seperti proses transisi yang lebih
mulus, sehingga produksi menjadi stabil.
"Pertamina juga berkesempatan mengelola blok Total di luar negeri, sehingga meningkatkan ketahanan energi Indonesia," ujarnya.
Kalau dikelola 100 persen oleh Pertamina, lanjutnya, maka Indonesia tidak menambah ketahanan energinya.
Sementara
itu, Ketua Komite Tetap Hulu Migas Kadin Indonesia Firlie Ganinduto
mengatakan, kalau opsi kolaborasi dengan Total yang diambil, maka
Pertamina harus mendapat kompensasi blok yang sepadan.
"Harus dihitung dengan cermat, sehingga memberikan hasil maksimal bagi negara," katanya.
Menurut
dia, Blok Mahakam merupakan wilayah kerja yang sudah berproduksi,
sehingga tidak memiliki risiko atau hanya tinggal melanjutkan saja.
"Pertamina juga harus mendapat ladang sebagus Mahakam milik Total di luar negeri," katanya.
Dengan
kolaborasi meski porsi minoritas, tetap memberikan manfaat berupa
"security of supply" energi Indonesia yang makin meningkat.(MFD)
Geolog: Cadangan Migas Mahakam Masih Besar
Minggu, 23 November 2014 12:45 WIB