Jakarta (Antara Bali) - Kebijakan pembangunan integrasi Stasiun
Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) dan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas
(SPBG) oleh Dinas Perindustrian dan Energi Provinsi DKI Jakarta masih
memiliki sejumlah hambatan.
"Kendala yang dihadapi salah satunya adalah masih sedikitnya
investor swasta penyedia layanan SPBG, sehingga persaingan bisnisnya
kurang ketat," kata Kepala Dinas Perindustrian dan Energi Provinsi DKI
Jakarta Haris Pindratno, di Jakarta, Rabu.
Menurut Haris, hambatan sedikitnya investor swasta tersebut dikarenakan harga Bahan Bakar Gas (BBG) yang rendah.
Pihaknya berencana menyiasati permasalahan tersebut dengan cara menaikkan harga jual BBG ke konsumen di tingkat SPBG.
"Harga gas yang sekarang Rp3.100 (per liter setara premium) akan
dinaikkan, namun harganya masih di bawah bensin subsidi. Harapannya agar
iklim investasi di bidang ini lebih menarik," katanya.
Disperindgi DKI juga berencana akan melakukan kerjasama dengan
pemegang merk mobil dan angkutan umum, seperti taksi, mikrolet,
metromini, dan bajaj.
"Kami meminta agar mengaplikasikan mesin kendaran yang mampu
dioperasikan dengan bahan bakar gas. Jadi mesin-mesin kendaraan tersebut
nantinya hanya diisi dengan gas," kata Haris. (WDY)
Pembangunan SPBG Masih Kekurangan Investor
Rabu, 8 Oktober 2014 11:35 WIB