Denpasar (Antara Bali) - Ratusan anak penyu atau tukik dilepas di Pantai Petitenget, Kabupaten Badung, Bali, dalam upaya melestarikan satwa langka dan dilindungi undang-undang.
"Kegiatan melepas tukik ini sebagai bentuk kepedulian terhadap satwa yang dilindungi undang-undang dari kepunahan, dan dirangkaikan HUT ke-69 Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 2014," kata Ketua Panitia Kegiatan Pelepasan Penyu yang juga Dewan Pengurus Cabang Pemuda Theravada Indonesia (Patria) Denpasar, Vito Dhammaguna, di sela-sela pelepasan tukik di Pantai Petitenget, Bali, Minggu.
Ia mengatakan kegiatan pelepasan tukik sudah dilakukan sebanyak enam kali di sejumlah pantai di Pulau Dewata, seperti Tanjung Benoa dan Pantai Kuta. Untuk tahun ini pihaknya melepas sebanyak 400 ekor.
"Kami mendapatkan tukik tersebut di sebuah pusat penangkaran di Denpasar, dan tahun ini memang sudah dijadwalkan dilepas di Pantai Petitenget. Kami harapkan dengan pelepasan di pantai tersebut diharapkan di masa datang akan ada penyu-penyu menetaskan telurnya di pantai itu," katanya.
Menurut dia, pelepasan ini secara tradisi di umat Buddha sebagai bentuk pelepasan satwa yang selama ini terkungkung di alam terbatas, namun dengan pelepasan ke habitatnya akan memberi keseimbangan dalam kehidupan di dunia ini.
"Kami percaya berbuat kebajikan dengan pelepasan satwa ke habitat atau ke alam bebas akan memberi keseimbangan alam, sehingga alam ini akan memberi spirit menuju kedamaian," kata Vito yang didampingi pengurus Patria lainnya.
Sementara itu, Ketua Majelis Agama Buddha (Magabudhi) Provinsi Bali Sudiarta Indrajaya mengatakan kegiatan ini diharapkan mendorong semua pihak berbuat kebajikan menuju kedamaian antarsesama manusia dan antarumat beragama di dunia.
"Kegiatan kebajikan seperti melepas tukik, sebagai ungkapan bersyukur kepada sang pencipta, bahwa di dunia ini harus melakukan perbuatan baik dan tidak membatasi satwa-satwa kepada lingkungannya, seperti mengurung dalam sangkar dan lainnya," katanya.
Selain itu, kata dia, dengan kegiatan ini diharapkan mampu menyatukan persepsi kepada generasi muda, khususnya umat Buddha untuk saling membantu dan tolong-menolong dalam kegiatan bersama.
"Kami harapkan generasi muda harus mampu menyatukan persepsi dalam mengisi kemerdekaan bangsa Indonesia melalui pembangunan di segala bidang, termasuk juga pelestarian lingkungan, seperti pelepasan tukik dan penanaman pohon bakau," ucapnya.
Pelepasan tukik tersebut juga diikuti sejumlah wisatawan asing yang kebetulan berada di Pantai Petitenget. Mereka tampak senang melakukan aksi pelepasan anak penyu tersebut ke alam bebas.
"Saya senang bisa ikutserta acara pelepasan tukik ini. Saya mempunyai kenangan saat di Bali bisa melepas tukik. Saya harap warga di dunia semua peduli dengan satwa langkah," tutur Steven.
Sebelumnya DPC Patria Denpasar juga menggelar kegiatan menggambar tingkat taman kanak-kanak (TK) dan SD. Begitu juga melepas ratusan burung di altar Vihara Sakyamuni Denpasar. Kegiatan tersebut bertema "Merdeka untuk semua, Care Love and Share". (WDY)