Jakarta (Antara Bali) - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyebut biaya yang
mahal dan anggaran yang minim membuat riset dan penelitian kelautan
Indonesia berjalan tertatih-tatih.
Deputi Ilmu Kebumian LIPI Iskandar Zulkarnain di Jakarta, Selasa,
mengatakan dunia melihat laut bukan lagi sekadar lingkungan laut, tapi
juga masa depan.
Degradasi lingkungan yang semakin menjadi-jadi di daratan, menurut
dia, membuat para ahli di dunia mulai memperhatikan laut sebagai masa
depan Bumi.
"Secara ekonomi Indonesia kehilangan Rp30 triliun dari Illegal Unreported Unregulated (IUU) fishing
per tahun, belum lagi kerugian ekologi," ujar dia, sedangkan riset dan
penelitian kelautan berjalan tertatih-tatih karena hambatan anggaran
yang minim dan ongkos yang sangat mahal.
Riset kelautan di Indonesia menjadi tumpang tindih karena
koordinasi antara instansi dan kementerian terkait yang tidak baik.
"Selama ini masih terikat pada instansi masing-masing sehingga terkadang
tumpang tindih," ujar dia.
Indonesia juga memerlukan perkuatan
ilmu pengetahuan kelautan, sekaligus teknologi yang mampu mengantisipasi
degradasi kelautan secara alami dan akibat ulah manusia.(WDY)
Riset Kelautan Indonesia Tertatih-Tatih
Selasa, 24 Juni 2014 10:56 WIB