Denpasar (Antara Bali) - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mengamati perolehan devisa dari sektor industri di Provinsi Bali semakin menurun.
"Usaha hasil industri tekstil dan produk tekstil (TPT) misalnya yang dulu menjadi primadona perolehan devisa belakangan ini semakin merosot," kata Ketua DPD Apindo Provinsi Bali Panudiana Kuhn di Denpasar, Sabtu.
Menurut dia, hal itu akibat persaingan yang semakin ketat di pasaran ekspor, di samping pengusaha kurang tertarik karena berbagai faktor antara lain biaya operasi yang terlalu tinggi akibat pengeluaran yang tidak terduga.
Ekspor andalan Bali belakangan ini justru dari hasil perikanan dan kelautan, namun hal itu tidak menjamin kelangsungan di masa mendatang, karena sangat tergantung dari iklim dan ketersediaan komoditas itu di perairan bebas.
Oleh sebab itu perlu terobosan dan langkah strategis dalam memacu perolehan ekspor non migas Bali lebih-lebih dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015.
Panudiana Kuhn menambahkan bahwa hasil industri kecil dan kerajinan rumah tangga Bali dengan sentuhan seni sebenarnya sangat siap menghadapi MEA, karena selama ini telah menembus pasaran ekspor.
Masalahnya dalam proses produksi itu perlu adanya dukungan dan kemudahan dari pemerintah, termasuk dalam proses perizinan dan pengeluaran yang tidak terduga yang mengakibatkan biaya produksi tinggi.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali mencatat, realisasi ekspor Bali sebesar 132,96 juta dolar AS selama triwulan I-2014, meningkat 8,35 persen dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 122,71 juta dolar AS.
Perolehan tersebut bersumber dari pengapalan hasil industri kecil sebesar 49,98 juta dolar AS (37,60 persen), kerajinan kecil tingkat skala rumah tangga 55,96 juta dolar AS (42,09 persen), hasil perikanan dan kelautan 26,20 juta dolar AS (19,71 persen) dan ekspor lain-lain 281.588 dolar (0,21 persen). (WDY)
Devisa Hasil Industri Di Bali Menurun
Sabtu, 21 Juni 2014 8:59 WIB