Denpasar (Antara Bali) - Ketua Dewan Pimpinan Daerah Himpunan Kerukunan Tani Indonesia atau DPD HKTI Provinsi Jawa Timur Soepriyatno mengatakan, Musyawarah Nasional VII HKTI tandingan yang digelar di Hotel Aston Denpasar pada Rabu (14/7) dimuluskan dengan politik uang.
"Politik uang tersebut dilakukan oleh calon yang ingin merebut kekuasaan untuk memenangkan Ketua Umum HKTI periode 2010-2015. Karena munas yang diselenggarakan di Sanur, Bali adalah sah," katanya kepada wartawan di Sanur, Bali.
Ia mengatakan, politik uang tersebut diketahui dari beberapa anggota pengurusnya, yakni para Ketua Dewan Pimpinan Kabupaten Kota se-Jawa Timur.
"Seluruh ketua di kabupaten dan kota se-Jawa Timur diberi sejumlah uang untuk memenangkan kandidat tertentu. Jumlahnya lumayan besar, yakni berkisar Rp5 juta hingga Rp6 juta per orang," jelasnya.
Artinya, jumlah kabupaten dan kota yang ada di Jawa Timur sebanyak 37 kabupaten dan kota, maka kandidat tersebut harus mengeluarkan sekitar Rp200 juta agar bisa menang calon itu," katanya.
Walau demikian, para Ketua DPK HKTI se-Jawa Timur tetap mendukung kepemimpinan Prabowo Subianto. Mereka pun mengakui telah menerima uang tersebut. Padahal uang tersebut dipakai untuk memenangkan kubu yang akan menjadi lawan Prabowo.
"Kepada saya mereka berterus terang, bahwa mereka datang ke arena Munas HKTI tandingan itu, dan telah menerima uang tersebut tetapi mereka tetap bertahan di Munas versi Prabowo," ucapnya.
Dengan kenyataan seperti itu, kata dia, silahkan saja terima uangnya karena kita tidak meminta, tetapi harus tetap berjalan pada aturan yang benar.
"Banyak anggota pengurus kami yang mengaku bahwa uang tersebut diserahkan oleh tim sukses dari pihak lawan sebagai ganti uang tiket pulang ke Jawa Timur. Dan hal itu adalah sah-sah saja," katanya.
Dugaan kuat, lanjut Soepriyatno, hal yang sama juga terjadi untuk anggota HKTI dari berbagai kabupaten di Indonesia yang ikut dalam munas tandingan tersebut.
Dalam munas tandingan itu, Oesman Sapta terpilih sebagai pemenang dengan mendapat suara 229 suara dari dua kandidat lainnya, yaitu Heri Suginarjo dan Galumbang Sitinjak yang masing-masing mendapat 47 dan 30 suara.(*)