Negara (Antara Bali) - Pemkab Jembrana menyiapkan aset dan sanggup menghibahkannya, untuk mendirikan akademi komunitas di kabupaten tersebut.
"Kami siap menyerahkan lahan maupun gedung untuk akademi tersebut. Laboratorium untuk akademi, baik yang di dalam kampus, maupun di luar juga sudah kami siapkan," kata Bupati Jembrana, I Putu Artha, di Negara, Minggu.
Menurutnya, kesiapan Pemkab Jembrana untuk menyerahkan aset tersebut, merupakan wujud komitmennya agar akademi komunitas bisa segera berdiri.
Sementara untuk menilai kesiapan Jembrana dalam mendirikan akademi tersebut, Sabtu (3/5), tim dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Kementerian Pendidikan Nasional, datang langsung ke Kantor Diklat yang rencananya digunakan sebagai kampus akademi.
Selain melihat lahan serta gedung, tim yang dikoordinir Kasubdit Program Dan Evaluasi Direktorat Kelembagaan Dan Kerjasama, Sudarsono, juga menggali segala kesiapan pemkab, di luar sarana fisik.
Lilis Nuraida, salah seorang anggota tim minta, pemkab benar-benar menyerahkan aset untuk dikelola akademi, termasuk dari sisi legal formalnya.
"Hal itu untuk menjaga agar tidak terjadi sengketa, kelak jika akademi ini sudah berjalan, dan bisa mandiri," katanya.
Ia juga mengingatkan, mendirikan akademi komunitas bukan perkara mudah, karena pemerintah pusat melakukan seleksi terhadap proposal usulan pendirian akademi komunitas, dari seluruh Indonesia.
Menurutnya, saat ini ada 61 daerah yang mengajukan usulan, namun izin untuk mendirikan akademi komunitas di seluruh Indonesia hanya untuk 10 akademi.
"Dari 61 usulan tersebut, setelah diperiksa sebanyak 51 yang dianggap memenuhi syarat administrasi. Saat kami undang ke pusat, dari 51 itu yang hadir 47 pelamar, termasuk dari Jembrana yang bupatinya langsung hadir," ujarnya.
Ia juga minta, masyarakat, pemkab serta calon pengelola akademi komunitas memahami, bahwa sekolah ini tidak sama dengan penguruan tinggi maupun akademi yang bersifat umum.
Menurutnya, pendidikan di akademi komunitas lebih spesifik, dengan program Diploma 1 dan 2, yang mengutamakan potensi masyarakat setempat, termasuk keterjaminan pekerjaan.
"Selama pendidikan, mahasiswa akademi ini mendapatkan pelajaran kurikulum yang spesifik. Kalau umpama pariwisata harus fokus apakah pendidikan untuk guide atau apa. tidak bisa pariwisata yang bersifat umum," katanyal.
Selain itu, menurutnya, akademi harus menjalin kerjasama dengan dunia industri dengan bidang pekerjaan sesuai pendidikan di akademi.
"Lulusan harus bisa ditampung sebagai tenaga kerja lewat kerjasama tersebut, atau bisa juga mereka menjadi wiraswasta," katanya.
Terkait dengan berbagai masukan dari tim pusat ini, Pemkab Jembrana, pelaku usaha pariwisata seperti hotel, serta tenaga pengajar, mengaku siap menjalankan sesuai arahan tim, serta memperbaiki apa yang masih kurang.
Pemkab Jembrana sendiri menargetkan, akademi komunitas ini sudah bisa menerima mahasiswa baru mulai tahun 2014.(GBI)