Wilayahnya tidak begitu luas, dulu hanyalah sebuah kerajaan kecil, dikitari lahan persawahan yang menghijau, air sungai mengalir jernih, pesona desa yang indah.
"Para Dewata" mentakdirkan sebagai tempat yang penuh kegemilangan, alamnya menyimpan kekuatan gaib serta memiliki "benang merah" terhadap perkembangan agama Hindu di Bali.
Perkampungan seniman Ubud kini statusnya ditingkatkan menjadi Kelurahan Ubud, kabupaten Gianyar itu terdiri atas 13 banjar dengan luas wilayah 732 hektare berpenduduk sekitar sebelas ribu jiwa.
Ubud dalam perkembangannya kini menjadi "satu titik desa dunia", tempat manusia-manusia dari berbagai ras di belahan dunia bertemu, merengguk keindahan dan tradisi lestari yang diwarisi masyarakatnya secara turun temurun.
Kondisi yang demikian itu kini mampu mengantarkan perkampungan seniman Ubud masuk dalam sepuluh besar destinasi wisata terfavorit di Asia versi penghargaan "Travellers`s Choice Destinations tripAdvisor".
Nuansa pedesaan Ubud merupakan tempat yang ideal untuk merasakan pijat khas Bali dan menjadikannya salah satu destinasi spa terbaik di Asia. Ubud juga merupakan pusat kesenian dan budaya Bali, serta banyak museum dan galeri di perkampungan seniman itu.
Sementara peringkat pertama destinasi terfavorit di Asia adalah Kota Beijing di Tiongkok, disusul oleh Hanoi, Vietnam di posisi kedua dan Siem Reap, Kamboja pada posisi ketiga yang dipilih oleh jutaan wisatawan pengguna "TripAdvisor" dari seluruh dunia.
Sedangkan posisi keempat Shanghai (Tiongkok) kelima Bangkok (Thailand), keenam Chiang Mai (Thailand), ketujuh Hong Kong, delapan Ubud, Bali (Indonesia), sembilan Ho Chi Minh City (Vietnam) dan sepuluh Kathmandu (Nepal).
Kawasan Ubud yang dikenal secara meluas oleh masyarakat mancanegara merupakan sebuah anugerah dan berkah yang dapat memberikan kehidupan dan kesejahteraan kepada masyarakat setempat, tutur pendiri dan pengelola Museum Arma Ubud Anak Agung Rai.
Tokoh yang disegani masyarakat setempat dan mempunyai pandangan ke depan dalam memajukan dan melestarikan seni budaya, menyadari alam dan lingkungan Ubud sebenarnya tidak seberapa indah, dibandingkan lokasi lain di Bali banyak yang lebih bagus, toh wisatawan tetap memilih Ubud sebagai tempat untuk rekreasi dan berlibur.
Semua itu tidak lepas dari keanekaragaman seni dan budaya yang diwarisi masyarakat secara turun temurun. Kehidupan ritual tetap mantap dan kokoh, tercermin dalam kebersamaan dan kegotongroyongan, dipikul dan menjadi tanggung jawab bersama.
Masyarakat Ubud yang "hidup" dari seni budaya itu menyadari semua kemudahan dan "anugrah" dalam bidang ekonomi, kesejahteraan, keamanan, ketertiban dan rasa tenang itu merupakan sebuah "berkah suci"
Oleh sebab itu aktivitas religius tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari, disamping pengembangan seni budaya yang dilakukan secara intensif perkampungan seniman Ubud.
"Tanpa aktivitas seni budaya Ubud bisa menjadi gersang, kunjungan wisatawan tidak seperti sekarang," tutur Agung Rai yang kini museumnya mengoleksi 248 lukisan.
Ratusan koleksi lukisan yang ditata secara apik dalam tiga unit bangunan utama, mulai dari pajangan lukisan gaya klasik hingga gaya modern sekaligus dapat memaparkan perkembangan seni lukis di Pulau Dewata.
Tamu-tamu Penting
Seniman Ubud yang pertama kali memadukan unsur seni timur dan barat mampu menawarkan berbagai corok dalam karya seni lukis, sekaligus menambah daya tarik Bali di dunia internasional.
Oleh sebab itu Ubud senantiasa mendapat kunjungan tamu-tamu penting dari berbagai negara di belahan dunia. Di antaranya Sachiko Fujita (24), ratu kecantikan Jepang dalam liburannya di Bali sengaja menyempatkan diri menikmati pesona alam Ubud.
Bersama belasan wartawan media cetak dan elektronik dari Negeri Sakura, wanita yang postur tubuh langsing dengan tinggi 180 sentimeter itu sempat mengunjungi Puri Saren Ubud, bekas kerajaan Ubud di masa lalu.
Keluarga besar Puri Saren Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati yang juga ketua PHRI Bali menyambut secara khusus kedatangan tamu penting dari negeri Jepang.
Sachiko dalam kunjungan sehari ke Ubud tampak terbengong-bengong menyaksikan pesona alam di sekitar hotel The Royal Pitamaha di tepi jurang Sungai Ayung yang airnya mengalir jernih dan lingkungan yang lestari.
Sachiko mengaku, kunjungannya yang baru pertama kali ke Bali sangat terkesan, sehingga sangat tertarik untuk kunjungan di masa-masa mendatang.
"Getaran jiwa mampu membangkitkan untuk mencintai Bali sebagai tempat berlibur yang aman dan nyaman," kata Sachiko. Kehadirannya bersama belasan wartawan untuk melihat dari dekat kondisi pariwisata Bali, khususnya perkampungan seniman Ubud pascatragedi bom 12 Oktober 2002 dan 1 Oktober 2005.
Kunjungan mereka ke Bali diharapkan mampu memberi keyakinan kepada masyarakat internasional, bahwa Bali, khususnya Ubud damai dan nyaman sebagai tempat tujuan wisata.
Selain itu Zuleyka Rivera Mendoza, Miss Universe 2006 asal Poerto Rico juga sempat berkunjung ke Bali. Kedua dara ayu ini bersaing dalam kontes Miss Universe 2006 di Los Angeles, Amerika Serikat.
Kawasan Ubud menurutnya tergolong sebagai desa yang sangat modern, namun masyarakatnya tetap mempertahankan nilai-nilai adat dan tradisi.
Bahkan Ubud bisa dijadikan cermin untuk melihat hubungan antara modernisasi dan tradisi di Bali. Dari berbagai hasil penelitian yang dilakukan berbagai pihak selama ini menunjukkan modernitas Ubud merupakan dampak dari perbaikan ekonomi dan pengaruh kebudayaan global.
Sebagian besar masyarakat Ubud sudah "alih fungsi" dari ekonomi pertanian ke ekonomi moneter, berbasis pariwisata, serta menekuni sektor kerajinan dan sektor tersier yang terkait dengan pariwisata.
Masyarakat yang telah menyekolahkan putra-putrinya untuk mengenyam pendidikan setinggi mungkin, setiap hari bergaul dengan warga kulit putih yang berasal dari berbagai negara di belahan dunia, ujar Agung Rai. (WDY)