Keindahan panorama alam serta keanekaragaman seni budaya yang serasi dengan kehidupan ritual masyarakat Bali menjadi inspirasi bagi seniman, khususnya orang asing dalam menghasilkan karya seni bermutu.
Seniman mancanegara sejak lama mengenal Bali untuk menghasilkan karya seni tabuh, tari, seni sastra, dan lukisan sehingga keberadaan Pulau Dewata ini cepat mendunia.
Bahkan Miguel Covarrubias, seorang penulis, pelukis, dan antropolog kelahiran Meksiko tahun 1930 atau 84 tahun yang silam sudah menetap di perkampungan seniman Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali untuk menulis buku berjudul "Island of Bali".
Buku yang melegenda sebagai pengantar dunia wisata ke Pulau Dewata dengan memperkenalkan seni budaya dan pesona Bali kepada masyarakat internasional, sehingga keberadaan buku yang ditulis hampir seabad lalu itu mempunyai andil besar terhadap perkembangan pariwisata Pulau Dewata hingga sekarang, tutur Anak Agung Rai (60), pendiri dan pengelola Museum Arma di perkampungan seniman Ubud.
Miguel Covarrubias dalam buku "Island of Bali" sebelumnya melakukan kajian yang mendalam dan mengungkapkan bahwa, hampir dalam setiap ritual keagamaan yang dianut masyarakat setempat disertai persembahan seni.
Sosok Miguel Covarrubias yang juga seniman dan antropolog lewat buku yang monumental itu memperkenalkan Bali kepada dunia barat yang sangat mengagumi masyarakat Bali sebagai orang-orang yang berbakat seni.
Stimulasi estetis seni itu terekspresi dalam segala aspek kehidupan, emosi berkesenian membumbung dalam ritus keagamaannya. Miguel Covarrubias tiba di Bali setelah melarikan diri dari Eropa pada perang dunia pertama, yang akhirnya bertemu dengan Walter Spies, warga negara Jerman, tutur Kadek Suartaya, S.S. Kar, dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar itu.
Kedua seniman asing lewat keahliannya masing-masing memperkenalkan pesona seni budaya dan tari Bali kepada dunia barat.
Walter Spies, merintis pertunjukkan bersama dengan masyarakat Ubud, yakni I Wayan Limbak melahirkan tari kecak yang kini menjadi "maskot" tari Bali yang sangat monomental dan tersohor ke penjuru dunia.
Selain itu juga melatih masyarakat untuk belajar melukis, memahat, mematung dan mengukir, hingga melahirkan seniman-seniman andal yang keahliannya itu dapat diwariskan kepada generasi hingga sekarang.
Dalam kegiatan ritual masyarakat setempat hingga sekarang disertai dengan persembahan seni, baik dalam kegiatan skala rumah tangga, desa adat maupun dalam lingkungan Pura Sad Kahyangan (pura besar).
Dengan demikian rasanya tidak berlebihan jika pasang surut dan hidup matinya kesenian Bali sangat tergantung dari implementasi kegiatan ritual, karena beragam jenis kesenian seperti sastra, teater, musik, tari hingga seni rupa menggeliat di tengah atmosfir relegiusitas seperti itu..
Dengan demikian kesenian Bali merupakan bagian penting dari kehidupan masyarakat Pulau Dewata yang diwarisi masyarakatnya secara turun temurun. Oleh sebab itu hampir semua jenis kesenian Bali mengandung tendensi untuk menunjang dan mengabdikan kehidupan agama Hindu.
Hingga sekarang di tengah kehidupan masyarakat Bali pada umumnya, hasrat berkesenian tumbuh dan berkembang sejak masa anak-anak yang secara tidak langsung mendidik karakter bangsa, yang sesuai kepribadian Indonesia.
Berkesenian dalam konteks ritual keagamaan dan berkesenian dalam presentasi estetik festival, parade (lomba), termasuk Pesta Kesenian Bali (PKB), aktivitas seni tahunan yang digelar secara berkesinambungan semuanya memiliki andil dalam membentuk karakter manusia Bali.
Karakter tersebut menyangkut watak, tabiat, akhlak, dan kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak.
Sederet nama
Agung Rai yang baru saja meluncurkan buku berjudul "Gung Rai: Kisah sebuah Museum" menjelaskan, selain Miguel Covarrubias dan Walter Spies juga ada sederet orang asing yang secara tidak langsung juga memperkenalkan Bali ke mancanegara.
Mereka antara lain Andrien Jean Le Mayeur, seniman asal Belgia yang akhirnya mempersunting seorang wanita Bali Ni Polok, Antonio Belanco (alm), asal Spanyol, Arie Smith, warga negara Belanda.
Seniman asing yang mengembangkan kreativitas seni di Bali, baik dalam seni tari, tabuh, patung dan kanvas itu, selain memperkenalkan Bali ke dunia barat, sekaligus mampu mengantarkan dirinya mendunia, berkat kegigihan dan kepiawaian memanfaatkan roh Bali dalam menghasilkan karya-karya seni.
Gubernur Bali Mande Mangku Pastika pernah mengungkapkan, sederetan nama-nama seniman asing yang pernah bermukim di Bali, dengan karya-karyanya yang terbingkai dalam seni budaya Bali mencuat kepermukaan yang telah dikenal dunia internasional hingga sekarang.
Karya seni hasil sentuhan sederetan seniman asing yang pernah bermukim di Bali menggambarkan bagaimana unik dan kokohnya seni budaya yang diwarisi masyarakat Pulau Dewata hingga sekarang.
Walter Spies misalnya lewat karya kanvas maupun garapan tari mampu memperkenalkan Bali kepada dunia barat 84 tahun yang silam hingga akhirnya Bali dikenal mancanegara. Upaya itu juga dilakukan dengan mengajak seniman tabuh dan tari Bali mengadakan lawatan ke berbagai negara ke Eropa.
Demikian pula seniman lukis dan patung setempat dibina sedemikian rupa dengan tetap berpijak pada akar seni budaya Bali. Berkat keberhasilan Walter Spies membangun "jembatan" yang menghubungkan Bali dengan dunia barat, menjadikan para imluwan dan peneliti dunia tertarik untuk datang ke Bali.
Kedatangan ilmuwan barat itu, setelah kembali ke negaranya masing-masing hampir semuanya menulis tentang Bali dari berbagai sudut pandang yang umumnya pada bidang seni budaya serta keindahan panorama alam Pulau Dewata.
Kondisi demikian itu tidak mengherankan, jika Bali sekarang berkembang pesat dalam bidang pariwisata, bahkan sebagian besar masyarakat setempat menggantungkan tumpu harapan pada sektor pariwisata, tanpa mengenyampingkan aspek pembangunan lainnya.
Pertama kali ke Paris
Agung Rai yang museumnya mempunyai 248 koleksi lukisan tradisional (kuno) menilai, pameran lukisan wayang karya seniman Bali di Paris tahun 1931 atau 83 tahun silam mampu memberikan hasil sangat signifikan dalam mempromosikan kekayaan seni budaya Pulau Dewata.
Keberhasilan promosi di Prancis itu memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan seni lukis di Bali hingga sekarang. Lukisan wayang yang ditampilkan dalam pameran bertaraf internasional itu memperoleh penghargaan sangat mengagumkan Bangsa Indonesia di dunia internasional saat itu.
Beberapa karya lukis Wayang Bali dan misi seni tari Bali yang dibawakan oleh seniman asal Peliatan perkampungan seniman Ubud, Kabupaten Gianyar sebelum Indonesia merdeka.
Gaung kesuksesan pameran Bali di Paris masa lalu itu membawa pengaruh besar terhadap meningkatnya motivasi Barat untuk mereguk kenikmatan di Bali. Perubahan yang sangat menentukan, tidak hanya mengobarkan semangat dalam perkembangan dan perluasan segala aktivitas berkesenian, namun juga sumbangan nyata terhadap kekayaan seni Bali.
Berkat keberhasilan promosi seni budaya Bali secara meluas sampai akhirnya pariwisata budaya membuka keran interaksi masyarakat Bali dengan Barat, yang saling menguntungkan, tidak terbatas pada wawasan seni Bali yang semakin marak.
Kondisi itu secara tidak langsung memberikan dampak positif terhadap tingkat kesejahteraan dan ekonomi masyarakat Bali yang semakin meningkat atau membaik dan semua itu patut disyukuri.
Demikian juga Margaret Mead dan Gregory Bateson, antropolog Amerika Serikat datang ke Bali tahun 1931 untuk meneliti kebudayaan Bali secara menyeluruh, karakter, kepercayaan, agama lewat seni lukis Batuan, citra yang akhirnya Bali memberikan inspirasi kepada orang asing untuk datang ke Bali sebagai wisatawan, ujar Agung Rai. (WDY)