Denpasar (Antara Bali) - Pemerintah Provinsi Bali tahun ini mengalokasikan dana Rp1,6 miliar untuk program rehabilitasi kawasan hutan dengan sasaran penanaman pohon keras seluas 500-600 hektare.
"Alokasi dana APBD itu diprioritaskan untuk menghijaukan lahan kritis dalam kawasan hutan," kata Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Bali Anak Agung Ngurah Buana di Denpasar, Jumat.
Ia mengatakan, Pemprov Bali bertekad untuk terus menghijaukan lahan-lakan kritis dalam kawasan maupun di luar kawasan hutan.
"Khusus dalam kawasan hutan tahun ini disasar 500-600 hektare dengan berbagai jenis tanaman keras yang tahan kering, dengan kondisi yang sangat kritis" ujar Agung Buana.
Provinsi ini memiliki lahan kritis seluas 25.338 hektare tersebar di delalapan kabupaten dari sembilan kabupaten/kota. Namun lahan kritis tersebut sebagian besar terdapat di Kabupaten Karangasem, Klungkung, Buleleng dan Bangli.
Lewat berbagai program penghijauan untuk luar kawasan hutan dan reboisasi dalam kawasan hutan, diharapkan lahan-lahan kritis tersebut dapat dihijaukan secara bertahap, harap Agung Buana.
Program penghijauan tersebut mengembangkan tanaman kayu lokal khusus yang nantinya diharapkan dapat memenuhi kebutuhan bahan baku industri kecil dan kerajinan rumah tangga, khususnya pembuatan patung.
Tanaman keras jenis mahoni, bentawas, trembesi dan panggal buaya maupun tanaman kayu yang cepat besar lainnya mempunyai nilai ekonomis tinggi.
Lokasi pengembangan tanaman kayu khusus untuk bahan pembuatan patung itu tersebar di wilayah Jembrana dan Buleleng, dengan menerapkan sistem tumpang sari. Penanamannya dipadukan dengan budidaya jagung, ketela dan aneka jenis kacang-kacangan lainnya.
Dengan cara itu petani dapat memperoleh penghasilan dari pengembangan palawija, sebelum kayunya bisa dipanen.
Agung Buana menjelaskan, pengembangan kayu unggulan lokal Bali hingga bisa dipanen membutuhkan waktu lebih dari sepuluh tahun.
Oleh sebab itu, jika penanaman dilakukan secara berkesinambungan pada setiap jengkal tanah yang kosong, maka kelak akan bisa dipanen guna memenuhi bahan baku industri patung, disamping mendukung program "hijau dan bersih".
Bali membutuhkan bahan baku kayu untuk industri patung dalam jumlah cukup banyak. Selama ini kebutuhan tersebut lebih banyak didatangkan dari sejumlah daerah.
Oleh sebab itu dengan mengembangkan tanaman keras lokal di berbagai tempat milik masyarakat, diharapkan pemenuhan kayu bahan baku patung dari luar daerah bisa terus dikurangi.
Upaya itu diharapkan juga dapat memberikan dampak positif terhadap peningkatan pendapatan masyarakat, khususnya yang bermukim di sekitar kawasan hutan, harap Agung Buana.
Bali memiliki kawasan hutan seluas 130.686 hektare yang terdiri atas hutan lindung 95.766 hektare (73,28 persen), hutan konservasi 26.293 hektare (20,12 persen) dan hutan produksi 8.626 hektare (6,60 persen).
Luas kawasan hutan tersebut baru 22 persen dari luas daratan Bali, padahal idealnya harus mencapai 30 persen dari luas Pulau Dewata.
Melalui gerakan penghijauan, termasuk penanaman kayu bahan baku patung pada lahan-lahan kritis, baik dalam kawasan maupun tanah milik masyarakat diharapkan mampu menjadikan Bali yang sejuk serta menjaga ekosistem fungsi kawasan hutan, harap Agung Buana.(*)
Rp1,6 Miliar Untuk Rehabilitasi Hutan di Bali
Jumat, 9 Juli 2010 12:23 WIB