Denpasar (Antara Bali) - Kaum difabel menginginkan adanya kebebasan dalam menentukan hak pilih tanpa dipengaruhi orang lain saat berada di dalam bilik suara.
"Selama ini kami mencoblos dengan panduan seorang pendamping. Kami khawatir hal ini tidak seusai keiinginan hati nurani dan aspirasi karena bisa saja disalahgunakan ," kata Ariana dari Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) Provinsi Bali di Denpasar, Kamis.
Ia mendesak pemerintah mencetak surat suara dengan menggunakan huruf braille yang bisa dibaca dan dimanfaatkan oleh pemilih dari kalangan tunanetra.
"Kalau sekarang bisa saja keinginan saya pada calon bernama C ternyata ditusuk gambar dari milik orang lain. Mana bisa saya lihat?" tutur Ariana disambut tepukan tangan peserta sosialisasi peningkatan partisipasi masyarakat dalam Pemilu 2014.
Sementara itu, Humas KPU Bali Kadek Wirathi Dewi Susanthi mengakui pihaknya belum mampu menyediakan sarana yang bisa dimanfaatkan bagi pemilih dari kalangan difabel.
Oleh sebab itu yang bersangkutan dalam melaksanakan haknya bisa mengajak pendamping.
Bagi anggota masyarakat yang bermasalah seperti penyandang difabel atau yang sakit dalam pemilihan umum nanti tidak boleh diwakilkan, tetapi didampingi oleh orang yang menjadi kepercayaannya sehingga tidak menyimpang dari hati nurani.
Ia menyebutkan bahwa tahapan pelaksanaan Pemilu 2014 sudah berjalan dengan baik dan sesuai dengan harapan.
Pelaksanaan Pemilu 2014 di Bali akan menjadi perhatian dunia internasional karena secara tidak langsung banyak pemantau luar negeri akan ada di Bali, baik itu sebagai masyarakat biasa yang sedang melakukan perjalanan wisata.
Dalam sosialisasi yang dilaksanakan KPU Bali itu dihadiri para pengurus organisasi kemasyarakatan dan tokoh masyarakat.
Kadek Wirathi meminta masyarakat memperjualbelikan hak suaranya. (WRA)
Kaum Difabel Inginkan Kebebasan Tentukan Hak Pilih
Kamis, 27 Maret 2014 18:10 WIB