Denpasar (Antara Bali) - Vihara Dharmayana yang terletak di Kuta, Badung, menjadi salah satu simbol alkulturasi antara kepercayaan Budha dan Hindu di Pulau Dewata.
"Hal tersebut tampak dari adanya persembahan `canang` oleh umat Budha yang menjadi sarana sembahyang di Vihara ini," kata salah seorang pengurus Vihara Dharmayana Luih Brata di Kuta, Badung, Jumat.
Pada perayaan Imlek, umat yang berkunjung ke Vihara yang telah berdiri sejak abad ke 19 tersebut semakin membludak. "Tidak hanya umat Budha, namun juga warga setempat yang beragama Hindu ikut melakukan sembahyang dan membawa sesajen sebagai persembahan kepada para dewa," ujarnya.
Untuk persembahyangan, lanjut dia, sudah dimulai pada pertengahan malam sehari sebelum Imlek yang dimulai pada pukul 00.00 Wita berlanjut hingga keesokannya.
"Persembahyangan akan berakhir pada tengah malam menjelang berakhirnya perayaaan Imlek," ujarnya.
Sebelum perayaan Imlek sehari sebelumnya di vihara tersebut dilaksanakan ritual tolak bala dengan barong sai. "Ritual dilakukan di setiap persimpangan jalan di sekitar vihara dengan lima barong sai dan dua barong naga," tutur Brata.
Di Vihara Dharmayana sendiri terdapat tiga tempat sembahyang utama yakni yang pertama adalah kongco sebagai tempat sembahyang memuja para dewa, disebelah kiri ada tempat memuja altar Budha dan Dewi Kwam In, serta di sebelah kanannya ada tempat memuja Budha catur muka.
Pada awalnya vihara tersebut bernama Leng Hwan Bio, namun pada tahun 1980-an berubah menjadi Vihara Dharmayana hingga sekarang.
Pria yang berusia 69 tahun itu menjelaskan vihara tersebut masuk dalam dusun Dharma Semadi, dimana merupakan dusun khusus yang didirikan oleh warga keturunan Tionghoa di daerah Kuta.
"Kapan berdirinya saya kurang tahu, yang pasti sejak tahun 1960 areal ini berubah nama menjadi dusun Dharma Semadi," katanya.
Untuk umat yang melakukan sembahyang terutama saat Imlek di Vihara tersebut mencapai ribuan orang yang tidak hanya berasal dari Bali, ada yang berasal dari luar Bali bahkan wisatawan mancanegara ikut berbaur.
"Hal tersebut terlihat dari jumlah yang menyumbang untuk vihara yang sudah mencapai ribuan orang, itu yang tertulis saja. Karena ada umat yang tidak ingin namanya dituliskan saat memberikan punia," ujar Brata. (Dwa)