Denpasar (Antara Bali) - Badan Pusat Statistik (BPS) Bali mengatakan bahwa andil subsektor hortikultura dalam pembentukan nilai tukar petani (NTP) daerah itu mengalami penurunan sebesar 1,09 persen dari 98,90 persen pada Nopember 2013 menjadi 97,82 persen pada Desember.
"Kondisi tersebut akibat turunnya indeks yang diterima petani sebesar 0,80 persen," kata Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Provinsi Bali Amirudin di Denpasar, Kamis.
Ia mengatakan indeks yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,29 persen.
Turunnya indeks yang diterima petani, katanya, akibat turunnya indeks harga kelompok buah-buahan dan tanaman obat, masing-masing sebesar 2,25 persen dan 2,82 persen.
Penurunan indeks harga kelompok buah-buahan, antara lain dipicu oleh turunnya harga alpukat 7,50 persen, sawo 5,06 persen, dan pepaya 4,56 persen.
Amirudin mengatakan untuk kelompok tanaman obat, dipicu turunnya harga jahe sebesar 3,71 persen dan kencur 2,53 persen, sedangkan kelompok sayur mayur mengalami kenaikan indeks sebesar 2,73 persen.
Kondisi itu, katanya, karena didorong naiknya harga komoditas bawang merah sebesar 15,39 persen, bawang daun 7,50 persen, labu siam 5,72 persen, dan wortel 4,94 persen.
Kenaikan indeks yang dibayar petani disebabkan oleh naiknya konsumsi rumah tangga sebesar 0,31 persen dan biaya produksi serta penambahan barang modal (BPPBM) 0,23 persen.
Subsektor hortikultura merupakan salah satu di antara lima komponen pembentukan NTP. (*/ADT)
Hortikultura Pembentuk NTP Mengalami Penurunan
Kamis, 9 Januari 2014 8:27 WIB