Denpasar (Antara Bali) - Para petani di kawasan subak atau organisasi pertanian tradisional di Jatiluwih Catur Angga Batukaru Kabupaten Tabanan, Bali, yang telah ditetapkan UNESCO sebagai warisan budaya dunia (WBD), perlu lebih diberdayakan ke arah ekowisata.
"Pemberdayaan itu antara lain menyangkut pemahaman dan persepsi anggota subak tentang pengembangan ekowisata," kata Dekan Fakultas Pertanian Universitas Dwijendra Denpasar Dr Gede Sedana di Denpasar, Senin.
Ia mengatakan, pemberdayaan itu juga menyangkut penguatan kemampuan manajemen subak, sehingga persepsi petani terhadap pengembangan ekowisata sangat penting.
"Adanya manfaat yang hendak diperoleh warga masyarakat diharapkan mampu menjadikan mereka untuk berperan secara aktif dalam mengembangkan ekowisata di wilayah subak masing-masing," ujar Gede Sedana.
Untuk itu masing-masing subak perlu mengadakan penyesuaian kelembagaan, seperti adanya unit usaha yang menangani ekowisata. Di bawah manajemen subak, unit itu mengkordinasikan kegiatan yang perlu dilakukan guna menjaga lingkungan persawahan.
Selain itu juga memelihara jaringan irigasi termasuk pengelolaan usaha tani serta penyelenggaraan kegiatan sosial budaya subak. (*/ADT)
Petani Subak Diberdayakan Ke Arah Ekowisata
Senin, 30 September 2013 13:09 WIB