Denpasar (Antara Bali) - Derap pasukan kendang melibatkan 130 seniman terdiri atas dosen dan mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar tampil disertai lenggang gagak penabuh dengan debur suara gamelan yang membuncah bergemuruh.
Ratusan penabuh Adi Merdangga dan penari dengan mengenakan busana yang dirancang sedemikian rupa menonjolkan kesan kemeriahan sebagai hasil karya cipta seni dalam kehidupan manusia Bali.
Puluhan penari Siwa Nata Raja akan mengimbangi gerak pasukan kendang dengan olah tubuh menggunakan gerakan yang indah dan serasi dengan alunan instrumen musik tradisional Bali itu.
Penampilan Adi Merdangga dan tari Siwa Nata Raja atas permintaan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengangkat tema keragaman seni budaya di Indonesia, tutur Rektor ISI Denpasar Dr I Gede Arya Sugiartha, SSKar, M.Hum.
Ia memimpim tim kesenian Bali berkekuatan 130 orang yang terdiri atas mahasiswa dan dosen lembaga pendidikan tinggi seni, akan ikut memeriahkan acara penurunan bendera pusaka di Istana Negara Jakarta pada HUT ke-68 Kemerdekaan RI, 17 Agustus 2013.
Lewat Adi Merdangga mengobarkan keberagaman seni budaya, atas dasar bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke yang memiliki berbagai jenis keragaman seni budaya sehingga mampu mengangkat gengsi dan martabat bangsa Indonesia di dunia internasional.
Adi Merdangga mendapat kesempatan pentas dalam memeriahkan peringatan HUT Kemerdekaan kali ini ingin mengobarkan keragaman seni budaya yang dimiliki oleh masing-masing daerah menjadi sebuah kekuatan yang mampu mengangkat martabat bangsa Indonesia di dunia internasional.
Meskipun hanya berdurasi 15 menit saat nanti tampil di hadapan Kepala Negara, seluruh Menteri Kabinet, para duta besar dan undangan yang disiarkan langsung ke penjuru daerah di Nusantara diharapkan mampu menyadarkan, bahwa Indonesia memiliki keberagaman seni budaya yang bisa menjadi salah satu kekuatan yang ampuh.
Adi Merdangga dan Siwa Nata Raja yang selalu tampil mengawali atraksi budaya Pesta Kesenian Bali (PKB), aktivitas seni tahunan di Pulau Dewata, lahir dari gagasan budayawan dan mantan gubernur Bali, almarhum Prof Dr Ida Bagus Mantra yang menginginkan ada musik tradional Bali yang bisa tampil untuk mengiringi kegiatan bersifat akbar sejak 1984.
Anak-anak muda yang mendalami seni budaya Bali bermain musik dengan memadukan keterampilan dan kemampuan gerak yang dinamis serta atraktif. Sementara tari Siwa Nata Raja yang dibawakan mahasiswi menggambarkan manivestasi Dewa Siwa sebagai penari tertinggi yang menciptakan dunia lewat tari.
Dalam perkembangannya, Adi Merdangga kemudian menggebrak tampil sebagai marchingband yang dalam penampilannya dilengkapi dengan penari dan peraga properti seperti tombak, payung, kipas, dan umbul-umbul.
Ketika memeragakan demontrasi seperti yang akan dilakukan di Istana Negara Jakarta dengan koreografi yang dibingkai oleh komposisi musik, di mana para penari akan membentuk sebuah figurasi tari dan para penabuh bermain musik sembari melakukan gerak-gerak atraktif, memeragakan aksen-aksen tari.
Adi Merdangga yang melibatkan ratusan seniman muda energik itu memainkan gendang berbagai ukuran dan instrumen lain seperti cengceng dan reong itu mengiringi penampilan tari kolosal Siwa Nata Raja.
Konsep gong Blaganjur
Dosen ISI Denpasar I Kadek Suartaya, SSN, MSI yang bertindak sebagai pembawa narasi dalam pementasan di Istana Negara Jakarta menjelaskan, lembaga pendidikan tinggi seni tahun 1984 yang saat itu masih berstatus Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI) Denpasar mewujudkan lahirnya Adi Merdangga yang konsepnya diambil dari gong bleganjur yang selama ini hidup dan berkembang di tengah-tengah kehidupan masyarakat Pulau Dewata.
Ia yang juga sebagai salah seorang penabuh Adi Merdangga pertama yang tampil pada Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-6 tahun 1984 ketika masih berstatus sebagai mahasiswa itu menuturkan, meskipun Adi Merdangga selalu tampil mengawali menggelindingnya PKB, namun penampilannya selalu ditunggu-tunggu masyarakat.
Hal itu berkat gong bleganjur yang selama ini akrab dalam kehidupan masyarakat Pulau Dewata menjadi dasar untuk mengembangkan Adi Merdangga serta sentuhan-sentuhan inovasi baru sehingga tidak pernah membosankan.
Selama 29 kali tampil dalam 29 tahun PKB terakhir, musik akbar tradisional Bali yang tampil mengawali pawai budaya PKB selalu mempersembahkan nuansa yang berbeda, sebagai hasil ekspresi keindahan dan cipta seni yang mengalir dalam kehidupan masyarakat Bali.
Penabuh seni Adi Merdangga awalnya selain memainkan alat musik tradisional itu juga menari, namun pada PKB berikutnya disertai dengan gerak tari melibatkan puluhan mahasiswi lembaga pendidikan tinggi seni.
Busana ratusan penabuh Adi Merdangga dan penari dirancang sedemikian rupa dengan kesan kemegahan dan kemeriahan. Adi Merdangga dan tari Siwa Nata Raja hanya merupakan salah satu dari ratusan bahkan ribuan karya cipta tabuh dan tari Bali yang menyemarakkan khasanah kesenian Pulau Dewata dalam berbagai ragam.
Seni tabuh dan tari Bali memang tetap eksis dan berkembang, dan menjadi salah satu daya tarik wisatawan dalam dan luar negeri untuk berlibur ke Pulau Dewata.
Rektor ISI Arya Sugiartha mengaku telah melakukan persiapan secara matang. Rombongan berangkat ke Jakarta Rabu (14/8) sore untuk mempersiapkan diri dengan baik, berada di ibu kota Jakarta selama empat hari dan kembali Minggu (18/8).
Sebelum pentas pada hari H akan mengadakan dua kali latihan (gladi) di Jakarta yakni pada hari Rabu (14/8) dan Kamis (15/8). Dengan persiapan itu diharapkan pagelaran dapat terlaksana dengan baik dan lancar, harap Arya Sugiartha. (*/ADT)
Adi Merdangga Kobarkan Keragaman Seni Budaya
Rabu, 14 Agustus 2013 10:28 WIB