Denpasar (Antara Bali) - Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali mengaku kesulitan menaikkan tarif kamar, meskipun harga bahan bakar minyak sudah dinaikkan pemerintah karena tingkat kunjungan wisatawan masih rendah.
"Dengan kenaikan harga BBM, sebenarnya ada perubahan biaya operasional berkisar 15-20 persen. Logikanya untuk mendapatkan keuntungan yang sama seharusnya pihak hotel menaikkan harga sekian persen juga," kata Ketua PHRI Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati, di Denpasar, Jumat.
Namun ia memprediksi rekan-rekannya di PHRI tidak akan menaikkan tarif karena menunggu peningkatan jumlah wisatawan ke Bali. Tingkat hunian hotel berbintang saja rata-rata sekitar 58 persen dan hotel tidak berbintang masih di bawah 40 persen.
"Ketika pariwisata Bali masih begini, saya kira susah untuk menaikkan harga. Pihak hotel paling akan melakukan efisiensi untuk menekan biaya operasional sebagai imbas kenaikan BBM. Efisiensi mau tidak mau berimbas pada penurunan pelayanan, misalnya lampu taman akan lebih cepat dimatikan dari waktu sebelumnya," ucapnya.
Sementara itu, Sekretaris PHRI Kota Denpasar Anak Agung Ngurah Adhi Ardhana mengatakan banyaknya jumlah kamar hotel yang ada menjadi masalah untuk menaikkan tarif kamar di tengah kondisi kenaikan BBM.
"Perang tarif justru makin terjadi, apalagi bagi para pendatang baru. Mereka akan menggunakan biaya promosinya supaya dapat bersaing meraih target kunjungan wisatawan," ujarnya. (LHS)
Kenaikan BBM, PHRI Bali Sulit Naikkan Tarif Kamar
Jumat, 5 Juli 2013 17:07 WIB