Denpasar (ANTARA) - Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Bali menyampaikan tumpukan sampah di Pantai Bingin, Kabupaten Badung, tidak sepenuhnya adalah material hasil bangunan pariwisata ilegal yang disidak dan dibongkar pemerintah daerah.
Hal ini disampaikan Kepala Satpol PP Bali Dewa Nyoman Rai Dharmadi di Denpasar, Senin, merespons beredarnya video kondisi Pantai Bingin pasca-pembongkaran bangunan liar oleh Satpol PP yang berujung mengotori pesisir pantai terutama saat turun hujan.
“Itu kan sampah tidak murni dari hasil pembongkaran, itu juga sampah kiriman, musim hujan itu apalagi ada gelombang tinggi pasti arahnya ke Kuta, Jimbaran, Canggu, itu kan sampah kiriman kebanyakan memang bukan sampah dari kita,” kata dia.
Terkait video viral yang menunjukkan porak porandanya sampah di pesisir pantai, Satpol PP Bali memastikan bahwa sudah mendapat atensi dari Satpol PP Badung sejak Sabtu (8/11) kemarin dengan tindakan pembersihan manual.
Perihal sampah material bangunan dibawa kemana, Dewa Dharmadi mengatakan sepenuhnya dikelola Pemkab Badung baik dibuang ke TPA atau ada material yang dapat bernilai jual.
“Itu masih dalam proses pembersihan dan penataan nanti, kita tunggu lah itu kan memang kewenangan Badung untuk membereskan sampai tuntas, yang pasti masih dalam proses sampai tuntas pembongkaran,” ujarnya.
Dari laporan yang ia terima, saat ini proses pembongkaran bangunan liar Pantai Bingin sudah selesai, memasuki tahap pembersihan, dan rencananya baru akan ditata setelah itu.
Terkait kegunaannya nanti, karena itu merupakan lahan pemerintah daerah maka akan dijadikan area untuk publik bukan disewakan ke swasta atau dijadikan area privat tertentu.
“Target selesainya kan sebenarnya satu bulan, cuma faktanya kan ternyata medannya sangat sulit, sehingga lebih daripada satu bulan, hampir dua bulan sudah kan lumayan lah untuk waktunya,” kata Kepala Satpol PP Bali.
Melihat kegiatan pembongkaran belum selesai, Dewa Dharmadi menilai pada kondisi-kondisi hujan akhir tahun, sampah tersebut masih akan muncul, namun karena gelombang laut yang membawa sampah kiriman.
“Sepanjang musim hujan dan arah angin mengarah ke wilayah itu memang setiap saat kan (sampah datang), setiap saat dibersihkan tapi tidak mesti hari ini selesai seperti di Kuta makanya dipasang alat berat untuk mempercepat proses pembersihan, itu risiko memang di wilayah-wilayah pesisir, tidak hanya di daerah Badung di daerah lain juga sama kondisinya,” ujarnya menegaskan.
Sementara itu terkait kemungkinan sampah material pembongkaran hanyut dan membahayakan Pantai Bingin, Dewa Dharmadi menepisnya, sebab sisa material bangunan memiliki berat yang sulit terbawa dan dilihat dari jenis sampah paling banyak muncul di pesisir adalah sampah batang pohon.
