Badung (ANTARA) - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali ingin agar sistem jaringan yang dibangun antar-rumah sakit daerah di Bali mampu menekan kasus stroke.
“Jelas kami sangat mendukung, Pemprov Bali, kabupaten/kota, dan semua rumah sakit daerah, termasuk juga rumah sakit vertikal, dengan tujuan utama adalah mengurangi angka kematian dan kecacatan stroke,“ kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bali I Nyoman Gede Anom, di Badung, Kamis.
Dinkes Bali meresmikan langkah 14 rumah sakit se-Bali yang membentuk sistem jaringan Bali Stroke Care dalam rangka penanganan stroke lebih cepat, yang dipimpin RSUP Prof Ngoerah, diikuti RSUD Bali Mandara, sembilan RSUD di kabupaten/kota se-Bali, serta rumah sakit vertikal seperti RS Universitas Udayana, RS Bhayangkara, dan RS Angkatan Darat.
Anom mengingatkan kasus stroke menjadi penyakit tertinggi kedua di Bali setelah jantung.
Data Global Analysis Study tahun 2019 menyebut jumlah kasus stroke yang ada di Bali sebesar 11.036 orang dengan 1.655 orang atau sekitar 15 persen kasus terancam kematian dan sebesar 7.173 atau 65 persen kasus terancam mengalami kecacatan.
Ia mengatakan yang selama ini menjadi kendala dalam penanganan stroke adalah keberadaan rumah sakit yang melayani terbatas.
“Tapi sekarang sudah ada bantuan dari pemerintah pusat dan sudah dilatih dokter-dokter spesialisnya, saat ini di Bali, kita sudah siap melayani, apalagi sudah ada jaringan,” ujarnya.
Terkait sumber daya tenaga kesehatan, kata dia, saat ini terus disiapkan. Tercatat Bali sudah memiliki lebih dari 150 tenaga spesialis saraf.
“Jadi berhubungan rumah sakit satu dengan yang lain, melayani akan jadi cepat, kalau rumah sakit di sana tidak bisa melayani, bisa dilayani di rumah sakit satunya,” kata I Nyoman Gede Anom.
Nantinya melalui sistem Bali Stroke Care RSUP Prof Ngoerah akan menjadi rujukan terakhir setelah melalui penanganan awal agar tidak terjadi keterlambatan di rumah sakit lainnya.
Untuk membantu jaringan rumah sakit ini, kata dia, Pemprov Bali dan kabupaten/kota akan membantu menyiapkan data pendukung.
“Yang jelas agar pertama sekali masyarakat akan mendapat pelayanan stroke, deteksi dini stroke, bisa dilayani, kalau ada kasus stroke cepat, dan tidak akan menimbulkan kematian maupun kecacatan,” kata Anom.
Sebelumnya dukungan dalam melayani kasus stroke juga disampaikan Gubernur Bali Wayan Koster saat menerima audiensi RSUP Prof Ngoerah yang hendak membentuk fasilitas pelayanan stroke.
Pemprov Bali pada dasarnya mendukung upaya penanganan menyeluruh terhadap kasus stroke apalagi jika terpadu melibatkan rumah sakit lainnya.
"Baik sekali hal tersebut dan kita bisa informasikan lebih luas kepada masyarakat bahwa Bali punya pelayanan kesehatan spesifik ini, namun harus dibuat sistem yang terintegrasi dengan RS lain termasuk terintegrasi secara digital,” kata Koster.