Negara (Antara Bali) - Puluhan nelayan di Desa Cupel, Kabupaten Jembrana resah, karena satu minggu terakhir sering terjadi pencurian jaring yang mereka pasang di laut.
"Karena kejadian itu, sekarang banyak nelayan yang tidak berani melaut. Kalau jaringnya hilang, kami tidak punya modal untuk membeli lagi," kata Mubasirin, salah seorang nelayan, Jumat.
Menurut Mubasirin, perairan tempat nelayan memasang jaring, dari dulu rawan perompak atau bajak laut yang mengincar peralatan tangkap nelayan.
"Kalau dulu bajak laut terang-terangan minta jaring kami dengan ancaman. Yang sekarang seperti maling, karena kalau ketahuan nelayan langsung kabur," ujarnya.
Ismail, salah seorang nelayan mengaku, Rabu (17/4) malam lalu, 8 set jaringnya hilang dengan kerugian sekitar Rp10 juta.
"Sementara ini saya tidak berani melaut, menunggu suasana aman dulu. Saya memang masih memiliki 6 set jaring, tapi tidak berani memasangnya karena takut hilang juga," katanya.
Selain Ismail, selama dua hari berturut-turut sejak Selasa (16/4), empat nelayan lainnya juga kehilangan jaring dengan jumlah bervariasi.
"Saya kehilangan 4 set jaring. Menurut salah seorang teman saya, ia sempat melihat sejenis perahu dari fiber yang mengambil jaring nelayan, dan langsung kabur saat ketahuan," kata Suraji, nelayan lainnya.
Dari Mubasirin, Ismail dan Suraji diketahui, perairan tempat mereka memasang jaring sempat aman sekitar satu tahun, setelah sebelumnya terus didatangi perompak.
"Dulu pernah ada bajak laut yang tertangkap, lalu aman setahun lebih. Sekarang mulai lagi, cuma tidak menggunakan ancaman seperti dulu," kata Mubasirin yang mengaku, pernah dilempar batu oleh perompak hingga sikunya luka.
Saat mencari ikan ke laut, nelayan di desa ini menebar jaring hingga sepanjang 500 meter, dan mereka tunggu untuk diangkat sekitar dua jam kemudian.
"Meskipun kami tunggui, karena jaringnya panjang kami tidak melihat saat bagian ujung jaring dipotong. Apalagi kami melaut malam hari," ujar Suraji.
Di pasaran, menurut para nelayan ini, satu set jaring bekas bisa dijual seharga Rp800 ribu hingga Rp900 ribu.
Agar bisa melaut dengan aman, nelayan berharap Polisi Air sering melakukan patroli di kawasan tersebut.(GBI)