Denpasar (Antara Bali) - Tiga penari dan puluhan penabuh dari Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar bergabung dengan penari Papua untuk memeriahkan acara Dharma Santi Nyepi Tahun Baru Saka 1935.
"Penampilan kolaborasi seniman Bali dan Papua itu mampu memukau sekitar 2.000 undangan yang memenuhi GOR Cendrawaih, Papua," kata Prof Dr I Wayan Rai S MA dari ISI Denpasar yang ikut ambil bagian dalam kegiatan tersebut di Denpasar, Rabu.
Ia mengatakan penampilan kolaborasi seni Bali-Papua pada acara Dharma Santi Nyepi yang digelar akhir Maret mampu melahirkan akulturasi budaya Bali dan Papua dengan tetap bernafaskan merah putih.
Penampilan para penabuh mengiringi sejumlah tari Bali mengenakan busana kombinasi Bali dan Papua.
Para seniman mampu menarik perhatian para undangan dalam acara yang dihadiri Pj Gubernur Papua Constant Karma dan para tokoh lintas agama, ketika burung cendrawasih yang menjadi ikon Papua digunakan sebagai udeng (penutup kepala) para penabuh.
Di Bali burung Cenderawasih lebih dikenal dengan "Manuk Dewata" yakni burung suci pengantar roh menuju sorga, sehingga betul-betul burung cenderawaih dipuja di Bali,
Kasdam XVII/Cenderawasih Brigjen TNI Made Agra yang dipercaya sebagai pembina perayaan Dharma Santi mengatakan, ikon burung cenderawasih sengaja ditampilkan dalam perayaan tersebut untuk menghargai sebuah budaya yang sangat disakralkan masyarakat pendukungnya.
Oleh sebab itu, setiap masyarakat harus mencintai budayanya sebagai salah satu tekad dan niat untuk menyatukan bangsa. (*/DWA)
ISI Meriahkan Dharma Santi Papua
Rabu, 3 April 2013 8:59 WIB