Pementasan kolaboratif deklamasi puisi dan tari bertajuk 'Ciung Wanara' di Klungkung, Senin malam, menampilkan perjuangan rakyat Bali yang dipimpin oleh panglima perang I Gusti Ngurah Rai pada masa memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia.
Pertunjukan seni budaya dan seni peran tersebut merupakan serangkaian acara penyerahan kirab panji-panji sakti pahlawan nasional I Gusti Ngurah Rai yang tengah singgah di Balai Budaya Ida Dewa Agung Istri Kanya, Klungkung.
Penampilan ini mendapat perhatian dari para penonton yang hadir khususnya Bupati Klungkung, I Nyoman Suwirta bersama Ny Ayu Suwirta, Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Klungkung dan undangan lainnya.
Baca juga: Bupati Klungkung terima bendera pahlawan nasional Gusti Ngurah Rai
Pementasan oratorium mini berjudul "Ciung Wanara" secara umum menceritakan kebohongan dan pengkhianatan Belanda dalam perjanjian Linggarjati yang hanya mengakui wilayah Sumatra, Jawa, dan Madura saja, membuat kecewa rakyat Bali, karena Bali tidak dimasukkan sebagai bagian wilayah Republik Indonesia. Kebijakan tersebut kemudian memicu konflik perlawanan rakyat Bali terhadap Belanda, yang dipimpin oleh I Gusti Ngurah Rai.
Konflik kian memuncak, saat I Gusti Ngurah Rai menolak pembentukan Negara Indonesia Timur, dan menolak melakukan perundingan dengan pihak Belanda. Penolakan tersebut memantik kemarahan Belanda dan penyerangan terhadap wilayah Bali semakin menjadi-jadi.
Penyerangan tersebut lantas tidak membuat I Gusti Ngurah Rai tidak menyerah dan malah meningkatkan perlawanan baik secara terbuka maupun gerakan tersembunyi. Dengan pasukan Ciung Wanara yang hanya berjumlah 96 prajurit, I Gusti Ngurah Rai terus mengobarkan semangat perang hingga meletus perang Puputan Margarana pada tanggal 20 November 1946.
Baca juga: Bappenas pelajari penanganan sampah di TOSS Gema Santi Klungkung
"Ciung Wanara" merupakan karya I Dewa Gede Alit Saputra dari Sanggar Kayonan Klungkung, Komposer Dewa Danan, Koreografer Wah Lanyuk, Pembaca Puisi I Dewa Ayu Agung Bunga Kinnara Pemayun, Dalang Wah Lanyuk Narator/Sutradara, I Dewa Gede Alit Saptra.
Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta berharap panji-panji dan surat sakti I Gusti Ngurah Rai pahlawan dijadikan momentum bagi generasi penerus untuk dapat bercermin tentang nilai-nilai pengorbanan dan keteladanan, perjuangan yang dilakukan tanpa pamrih.
Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kungkung I Gusti Agung Gede Putra Mahajaya menyampaikan kirab panji-panji atau bendera sakti Pahlawan Nasional I Gusti Ngurah Rai rutin digelar setiap tahunnya.
"Selanjutnya Panji-panji Pahlawan Nasional I Gusti Ngurah Rai akan diserahkan secara resmi dari Pemerintah Kabupaten Klungkung ke Pemerintah Kabupaten Bangli dengan pelaksanaan upacara serah terima yang dilaksanakan di Lapangan Kapten Mudita, Bangli," kata Gusti Agung Gede Putra Mahajaya.
Pertunjukan seni budaya dan seni peran tersebut merupakan serangkaian acara penyerahan kirab panji-panji sakti pahlawan nasional I Gusti Ngurah Rai yang tengah singgah di Balai Budaya Ida Dewa Agung Istri Kanya, Klungkung.
Penampilan ini mendapat perhatian dari para penonton yang hadir khususnya Bupati Klungkung, I Nyoman Suwirta bersama Ny Ayu Suwirta, Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Klungkung dan undangan lainnya.
Baca juga: Bupati Klungkung terima bendera pahlawan nasional Gusti Ngurah Rai
Pementasan oratorium mini berjudul "Ciung Wanara" secara umum menceritakan kebohongan dan pengkhianatan Belanda dalam perjanjian Linggarjati yang hanya mengakui wilayah Sumatra, Jawa, dan Madura saja, membuat kecewa rakyat Bali, karena Bali tidak dimasukkan sebagai bagian wilayah Republik Indonesia. Kebijakan tersebut kemudian memicu konflik perlawanan rakyat Bali terhadap Belanda, yang dipimpin oleh I Gusti Ngurah Rai.
Konflik kian memuncak, saat I Gusti Ngurah Rai menolak pembentukan Negara Indonesia Timur, dan menolak melakukan perundingan dengan pihak Belanda. Penolakan tersebut memantik kemarahan Belanda dan penyerangan terhadap wilayah Bali semakin menjadi-jadi.
Penyerangan tersebut lantas tidak membuat I Gusti Ngurah Rai tidak menyerah dan malah meningkatkan perlawanan baik secara terbuka maupun gerakan tersembunyi. Dengan pasukan Ciung Wanara yang hanya berjumlah 96 prajurit, I Gusti Ngurah Rai terus mengobarkan semangat perang hingga meletus perang Puputan Margarana pada tanggal 20 November 1946.
Baca juga: Bappenas pelajari penanganan sampah di TOSS Gema Santi Klungkung
"Ciung Wanara" merupakan karya I Dewa Gede Alit Saputra dari Sanggar Kayonan Klungkung, Komposer Dewa Danan, Koreografer Wah Lanyuk, Pembaca Puisi I Dewa Ayu Agung Bunga Kinnara Pemayun, Dalang Wah Lanyuk Narator/Sutradara, I Dewa Gede Alit Saptra.
Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta berharap panji-panji dan surat sakti I Gusti Ngurah Rai pahlawan dijadikan momentum bagi generasi penerus untuk dapat bercermin tentang nilai-nilai pengorbanan dan keteladanan, perjuangan yang dilakukan tanpa pamrih.
Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kungkung I Gusti Agung Gede Putra Mahajaya menyampaikan kirab panji-panji atau bendera sakti Pahlawan Nasional I Gusti Ngurah Rai rutin digelar setiap tahunnya.
"Selanjutnya Panji-panji Pahlawan Nasional I Gusti Ngurah Rai akan diserahkan secara resmi dari Pemerintah Kabupaten Klungkung ke Pemerintah Kabupaten Bangli dengan pelaksanaan upacara serah terima yang dilaksanakan di Lapangan Kapten Mudita, Bangli," kata Gusti Agung Gede Putra Mahajaya.