Denpasar (ANTARA) - Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Bali mencatat hingga Juli 2024, penerimaan pajak di provinsi itu dari sektor penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum (Akmamin) yang tumbuh sebesar 63,38 persen (yoy), mengalami pertumbuhan tertinggi dibandingkan sektor lainnya.
Kepala Kanwil DJP Bali Nurbaeti Munawaroh, di Denpasar, Selasa, mengatakan pertumbuhan yang tinggi pada penerimaan pajak sektor Akmamin seiring bertambahnya jumlah wisatawan ke Bali, yang berdampak pada peningkatan omset di bidang pariwisata.
Penerimaan pajak di sektor Akmamin dari periode Januari-Juli 2024 tercatat sebesar Rp1,41 triliun lebih atau tumbuh sebesar 63,38 persen dibandingkan periode yang sama pada 2023 yang saat itu terealisasi sebesar Rp863,34 miliar.
"Tidak hanya kunjungan wisman yang meningkat, Bali itu keren di segala macam indikator ekonomi makro yang berimbas pada realisasi penerimaan pajak, diantaranya pertumbuhan ekonomi Bali pada triwulan II-2024 tercatat tumbuh 5,36 persen (yoy) dan berada di atas nasional yang sebesar 5,05 persen," ucapnya.
Demikian pula dengan inflasi Bali pada Juli 2024 tercatat pada angka 2,53 persen, yang masih pada rentang target 2,5±1 persen.
DJP Bali mencatat penerimaan pajak yang telah berhasil dikumpulkan dari Januari-Juli 2024 sejumlah Rp9,31 triliun, atau sudah mencapai 64,39 persen dari target yang ditetapkan sepanjang tahun ini sebesar Rp14,46 triliun.
Baca juga: DJP Bali mulai edukasi sistem administrasi pajak "coretax"
"Pajak yang berhasil dikumpulkan sebesar Rp9,31 triliun hingga Juli 2024 ini juga tumbuh sebesar 27,08 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2023," kata Nurbaeti dalam Konferensi Pers Perkembangan Penerimaan Kanwil DJP Bali Tahun 2024 itu.
Terkait penerimaan pajak dari Januari-Juli 2024 di Kanwil DJP Bali, didukung oleh lima sektor dominan penentu penerimaan. Selain sektor Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum (Akmamin) sejumlah Rp1,41 triliun atau tumbuh 63,38 persen dengan peranan/kontribusi 15,16 persen, juga masih ada empat sektor dominan lainnya.
Diantaranya Aktivitas Keuangan dan Asuransi dengan realisasi Rp1,7 triliun (tumbuh 22,53 persen yoy) dengan peranan sebesar 18,35 persen, Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor sejumlah Rp1,48 triliun (tumbuh 18,58 persen) atau dengan peranan sebesar 16,01 persen.
Baca juga: DJP Bali kumpulkan penerimaan pajak capai 64 persen dari target Rp14,46 T
Selanjutnya sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib sejumlah Rp864,11 miliar (tumbuh 19,92 persen) dengan peranan sebesar 9,29 persen dan Industri Pengolahan sejumlah Rp650,23 miliar (tumbuh 10,62 persen) dengan peranan sebesar 6,99 persen.
"Melihat dari hasil perkembangan kinerja penerimaan ini serta melihat pertumbuhan ekonomi di Bali yang menunjukkan tren positif, kami optimistis dapat mengumpulkan target penerimaan melebihi target yang telah diberikan hingga akhir tahun 2024 ini," kata Nurbaeti.