Jimbaran (Antara Bali) - Keberadaan para transmigran yang pulang kampung menghambat program Pemerintah Provinsi Bali bebas dari wabah penyakit malaria.
"Kasus malaria yang terjadi di Bali sebenarnya bukan menimpa penduduk Bali, melainkan penyakit yang `diimpor` dari daerah lain," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr Ketut Suarjaya di sela-sela Pertemuan Tahunan Jaringan Pengendalian Malaria Asia-Pasifik (Asia Pacific Malaria Elimination Network/APMEN) di Jimbaran, Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Selasa.
Sampai saat ini provinsi yang dikenal sebagai tujuan wisata internasional itu belum bebas dari penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Anopheles itu.
Pada 2012 di Provinsi Bali masih terdapat 20 kasus malaria. "Semua yang tertular malaria itu adalah transmigran asal Bali yang tinggal di NTT, NTB, Maluku, dan Papua," papar Suarjaya.
Menurut dia, transmigran itu diketahui positif malaria berdasarkan hasil diagnosis di rumah sakit atau puskesmas di Bali saat mereka pulang kampung.
"Saat berada di daerah transmigrasi, mereka demam tinggi. Karena tidak sembuh-sembuh, mereka pulang kampung. Saat periksa di puskesmas dan rumah sakit di Bali, mereka dinyatakan positif malaria," ucapnya. (M038)