Kupang (Antara Bali) - Peneliti pertanian dari Universitas Kristen Artha Wacana Kupang Dr Zet Malelak MSc menilai pemerintahan Gubernur NTT Frans Lebu Raya keliru dalam mengkampanyekan konsumsi pangan lokal dan bertekad menjadikan provinsi kepulauan ini sebagai provinsi jagung.
"Yang dibutuhkan masyarakat kita bukan pangan lokal atau non lokal, tetapi makanan yang bernilai gizi serta kesanggupan daya beli masyarakat terhadap pangan tersebut. Kalau masyarakat tidak mampu membeli, apa gunanya dengan pangan tersebut," katanya di Kupang, Kamis.
Dia menjelaskan pemerintah atau orang yang peduli dengan kelaparan menganjurkan agar masyarakat harus kembali mengkonsumsi pangan lokal, seperti jagung, umbi-umbian, pisang dan kacang-kacangan.
"Persoalan mendasar yang sebenarnya bukan pada tidak makan atau kurang makan, tapi lebih dari itu adalah tidak mampu membeli pangan," katanya menjelaskan.
Dekan Fakultas Pertanian Universitas Kristen Artha Wacana Kupang itu mengatakan petani menjual hasil kebunnya dan uang hasil jual itu dipakai untuk membeli beras, terigu, minyak, garam dan kebutuhan rumah tangga lainya.
"Jarang masyarakat kita datang ke pasar untuk membeli ubi, kacang- kacangan dan pangan lokal. Yang mereka beli itu beras, minyak, tepung terigu dan kebutuhan rumah tangga lainnya," kata Malelak.
Berdasarkan hasil peneilitian, tambahnya, masyarakat tidak berkeinginan dengan pangan lokal atau pangan tradisional lagi karena untuk proses menjadi makanan jadi, membutuhkan waktu yang lama dan bahan bakar yang banyak. (LHS)
Kampanye Konsumsi Pangan Lokal Keliru
Kamis, 28 Februari 2013 16:33 WIB