Denpasar (ANTARA) - Sekolah Luar Biasa (SLB) di bawah naungan Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Bali mulai mengenalkan siswa berkebutuhan khusus dengan lingkungan pendidikan barunya melalui Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS).
Kepala Bidang Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus (PKLK) Disdikpora Bali Anak Agung Bagus Suryawan di Denpasar, Selasa, mengatakan MPLS ke siswa SLB berbeda dengan sekolah reguler.
“Pengenalan lingkungan sekolah bagi anak-anak SLB maksimal sampai jam 11 siang, karena kalau dipaksa terus dengan pola yang sama mereka jenuh, gurunya juga harus kombinasi ajak bermain, menggambar, apa hobinya digiring ke sana,” kata dia.
Suryawan menyebut pada tahun pendidikan ini muncul tren membludaknya siswa tuna grahita atau keterbelakangan mental, sehingga peran orang tua diharapkan hadir di tengah-tengah siswa berkebutuhan khusus ini.
Baca juga: Wali Kota Denpasar minta jangan ada perundungan saat MPLS
“Mereka dikenalkan situasi sekolah, metode pelajarannya seperti apa, bagaimana nanti yang diajarkan, diharapkan peran orang tua hadir. Begitu diajarkan di SLB, saat nanti di rumah tidak boleh lepas orang tuanya,” ujar dia.
Salah satu yang dipantau Disdikpora Bali adalah SLB 2 Denpasar, dimana pada tahun ini mereka menerima 84 siswa dengan 14 diantaranya baru menginjak bangku Sekolah Dasar (SD).
Kepala SLB 2 Denpasar Ni Wayan Rapianti mengatakan di sekolahnya para siswa berkebutuhan khusus diajarkan ilmu pengetahuan umum dan spesifik sesuai ketunaannya, sehingga siswa diperkenalkan dahulu saat pengenalan lingkungan.
Pada hari pertama siswa SLB dari jenjang SMP dan SMA tampil memainkan angklung dan seni pantomim untuk menghibur siswa baru.
Rapianti melihat pada tahun ini ada tantangan baru yaitu banyaknya siswa tuna grahita, sementara mayoritas tenaga pendidik berkeahlian lebih untuk mengajar tuna rungu.
“Kami dapat murid tuna grahita, mau tidak mau guru harus belajar tentang tuna grahita, kami ada kegiatan belajar bareng membahas tentang permasalahan-permasalahan sekolah, tapi untuk tuna grahita ini karena iq-nya masih 60-80 jadi kesabaran tantangannya,” ujar Rapianti.
Selain menampilkan keahlian siswa kelas menengah, SLB 2 Denpasar mengajak siswa SD menari dengan didampingi orang tua sebagai upaya mengenal perilaku siswa.
Baca juga: Disdikpora Bali pantau naiknya tren pelamar tuna grahita di SLB
SLB di Bali kenalkan lingkungan sekolah pada siswa berkebutuhan khusus
Selasa, 16 Juli 2024 15:54 WIB