Badung, Bali (ANTARA) - Ketekunan dan kegigihan berlatih serta kemauan menguji diri di sejumlah kompetisi dunia mengantarkan Rio Waida, atlet selancar ombak asal Bali, mendapatkan tiket mewakili Indonesia untuk berlaga di Olimpiade Paris 2024.
Bekas luka di punggung kirinya akibat benturan dengan karang ketika tes ombak di Pulau Nusa Lembongan, Kabupaten Klungkung, Bali pada 2021, menjadi tanda kerja keras yang dilalui atlet berusia 24 tahun tersebut.
Bukan jalan mudah bagi Rio yang menjadi satu-satunya atlet selancar ombak Indonesia untuk melenggang di ajang olahraga bergengsi dunia yang diadakan 4 tahun sekali tersebut.
Pemuda kelahiran Saitama, Jepang, itu meraih tiket Olimpiade 2024 setelah lolos kualifikasi pada kompetisi yang digelar Asosiasi Surfing Internasional (ISA) bertajuk World Surfing Games 2024 di Arecibo, Puerto Rico, pada Maret 2024.
Rio mengamankan tempat di Olimpiade 2024 setelah menyelesaikan babak repechage 10 pada urutan kedua dengan 10,93 poin.
Adapun ISA World Surfing Games 2024 di Arecibo, Puerto Rico, merupakan ajang kualifikasi terakhir yang diikutinya untuk menuju Olimpiade 2024.
Baca juga: Rio Waida masukb16 besar WSL Rio Pro di Brazil
Sebelumnya, atlet selancar ombak blasteran Indonesia-Jepang itu kandas mengamankan slot Olimpiade di dua kualifikasi serupa terdahulu, yakni di Pantai Huntington, California, Amerika Serikat, pada 2022 dan di El Savador pada 2023.
Olimpiade Paris 2024 akan menjadi yang kedua diikutinya setelah yang pertama harus puas berada di babak 16 besar pada Olimpiade Tokyo 2020 yang dilaksanakan pada 2021 karena sempat tertunda akibat pandemi COVID-19.
Latihan fisik
Setelah mengamankan tempat di Olimpiade Paris 2024, atlet yang pertama kali menekuni olahraga selancar ombak sejak usia 4 tahun di Bali itu lebih intensif menjalani latihan.
Dengan dipandu pelatih fisik (kekuatan dan pengondisian) Tina Chronopoulou, Rio menjalani latihan di antaranya memastikan kekuatan otot inti termasuk otot kaki, paha, dan lengan.
Latihan itu terbagi dalam beberapa sesi di antaranya pemanasan, kemudian latihan utama dengan menggunakan beban dari 10 kilogram hingga 15 kilogram dan diselingi istirahat selama sekitar 2 menit.
Kemudian latihan terakhir dengan pendinginan dan ditutup dengan berendam air dingin untuk meredakan apabila ada nyeri setelah latihan intensitas tinggi.
Latihan fisik itu berdurasi sekitar 1,5 jam dimulai pukul 06.00 hingga 07.30 Wita di pusat kebugaran yang berada di salah satu hotel pinggir Pantai Kuta, Kabupaten Badung, Bali.
Untuk latihan fisik rutin dilakukan setiap hari, sedangkan latihan intensitas tinggi dilakukan hingga empat kali dalam seminggu.
Pelatih asal Yunani itu menyebutkan Rio membutuhkan massa otot agar ia bisa berdiri stabil dan kuat di papan selancar ketika mengarungi ombak tinggi.
Baca juga: Rio Waida dan I Ketut Agus melaju ke putaran ke-4 ISA World Surfing 2023
Meski Paris, Prancis, menjadi tuan rumah Olimpiade 2024, untuk ajang selancar ombak diadakan jauh dari negeri dengan ikon Menara Eiffel itu.
Cabang olahraga selancar ombak diadakan di Pantai Teahupo’o, Tahiti, Kepulauan Polinesia Prancis yang terletak di selatan Samudera Pasifik dan berjarak sekitar 16 ribu kilometer dari Paris.
Pantai itu terkenal memiliki karakteristik ombak yang ganas dengan ketinggian bisa mencapai belasan meter sehingga kerap menjadi surga para peselancar dunia.
Latihan selancar dan mental
Selain latihan fisik, Rio yang mengenal olahraga laut sejak dini dari kedua orang tuanya itu, juga berlatih selancar ombak di sejumlah pantai di Bali dan juga menyiapkan mental.
Ombak pantai di Bali yang kerap dijajal, antara lain, Pantai Uluwatu, Legian, dan Nusa Dua, Kabupaten Badung.
Beberapa pantai di luar Pulau Dewata juga menjadi pilihannya, di antaranya di Lombok dan Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.
Latihan selancar dilakukan sekitar 4 hingga 5 jam setiap hari yang biasanya saat siang hingga sore hari, namun itu pun menyesuaikan dengan kondisi ombak.
Apabila ombak sedang rendah, ia memilih rekreasi di pantai yang berperan memberikan rasa nyaman dan bahagia sekaligus berkontribusi terhadap kesehatan mentalnya.
Melatih mental selain melalui kompetisi, juga dilakukan ketika beradaptasi dengan lingkungan, misalnya, menentukan strategi dan fleksibilitas apabila ombak rendah.
Adapun jika ombak tinggi, perlu didukung keseimbangan antara badan dan kekuatan otot kaki-agar bisa melakukan manuver dari gulungan ombak.
Mental itulah yang terus diasah agar dapat menunjukkan penampilan terbaik saat menghadapi kondisi tertentu.
Pola makan
Kompetisi pertama yang dijalani Rio adalah Magic Wave di Pantai Kuta, Kabupaten Badung, Bali, saat ia berusia 9 tahun.
Kemudian unjuk gigi selancar ombak terus dilakukan untuk mengasah kemampuannya hingga kompetisi internasional terakhir sebagai ajang pemanasan sebelum Olimpiade yakni Championship Tour Rio Pro di Brazil pada Juni 2024.
Dalam setiap kompetisi itu, salah satu yang juga diterapkan Rio karena memegang peranan penting adalah mengatur pola makan agar berat badan terjaga.
Meski tidak ketat, ia menghindari beberapa jenis makanan, misalnya, kudapan goreng, makanan mengandung tinggi gula hingga makanan cepat saji, dan makanan yang rendah vitamin dan serat atau junk food.
Peluang medali
Pelatih Kepala Tim Nasional Surfing Indonesia Arya Subyakto mengungkapkan dengan latihan intensif dan terprogram, Rio berpeluang merebut medali untuk dipersembahkan kepada negeri.
Meski ada lawan berat dari wakil Brasil dan Amerika Serikat, mereka juga pernah dikalahkan oleh Rio.
Selain itu, jam terbang hingga saat ini, dengan ia menduduki peringkat 10 dunia, memberi peluang juga kepada Rio merebut medali.
Sisanya, faktor keberuntungan berupa ombak yang berpihak kepada sang atlet, yang juga menjadi faktor penentu perolehan medali.
Rencananya, Rio dan ofisial berangkat ke Tahiti pada 18 Juli dan dijadwalkan berlomba pada 27 Juli 2024.
Di sela waktu tersebut digunakan sebagai ajang adaptasi hingga tes ombak ganas Teahupo’o.“Target kami pastinya membawa pulang medali karena dari skill (Rio) semua terpenuhi, sisanya semoga ombak berpihak,” ucap mantan Ketua Umum Persatuan Selancar Ombak Indonesia (PSOI) itu.