Denpasar (Antara Bali) - Institut Seni Indonesia Denpasar mementaskan tari Calonarang untuk merayakan Hari Raya Tumpek Wayang, Minggu (7/2) malam di kampus ISI di Kota Denpasar.
Anom Ranuara, salah seorang penata tari dalam pementasan itu, Minggu mengemukakan, suguhan yang terkesan magis tersebut dibawakan oleh mahasiswa Jurusan Tari dan Pedalangan ISI Denpasar serta didukung oleh penabuh dari mahasiswa Jurusan Karawitan.
"Bentuk ngayah atau pengabdian yang kami suguhkan terbilang unik, karena di tengah musim hujan ini kami membawakan konsep cerita berjudul 'Wimba Pralaya', yaitu rusaknya Pantai Sanur oleh ulah manusia," katanya.
Ia bersama Putu Adi Sujana berusaha keras menggarap pementasan tersebut secara bagus dengan mengetengahkan kritik sosial mengenai kebersihan lingkungan.
"Dalam kondisi musim hujan ini, jika kita tidak peduli, maka lingkungan dapat menjadi musuh masyarakat lewat musibah yang ditimbulkan. Seperti banjir dan penyakit yang sekarang tengah merajalela, yaitu demam berdarah," kata Anom Ranuara.
Dirinya berharap, suguhan yang ditampilkan mampu memberi pesan kepada penonton untuk waspada terhadap lingkungan yang tidak bersih karena berpotensi menyebarkan berbagai penyakit.
Ia menjelaskan, Tumpek Wayang adalah hari bagi umat Hindu di Bali yang diperingati dengan upacara penghormatan terhadap semua macam benda seni tetabuhan, seperti gong, gender, angklung, kentongan dan lain-lain.
"Sesajen dalam upacara itu dihaturkan ke hadapan Sanghyang Iswara agar manusia selamat dan beruntung dalam melakukan pertunjukan-pertunjukan, mampu menarik dan menawan hati penonton," tambahnya.(*)