Denpasar (ANTARA) - BUMD PT Bank Pembangunan Daerah (BPD) Bali menyalurkan kredit sebesar Rp21,1 triliun selama 2023 atau tumbuh 5,4 persen jika dibandingkan 2022 mencapai Rp20 triliun.
"Komposisi penyaluran kredit didominasi kredit produktif mencapai 54,34 persen dari total portofolio kredit pada 2023," kata Direktur Utama Bank BPD Bali I Nyoman Sudharma di Denpasar, Senin.
Penyaluran kredit produktif itu, lanjut dia, juga meningkat dibandingkan 2022 yang saat itu komposisinya mencapai 52,52 persen.
Dari total penyaluran kredit pada 2023 itu, sebanyak Rp10,2 triliun di antaranya adalah kredit yang diserap sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) atau 48,54 persen.
Baca juga: Bank Pembangunan Daerah Bali mulai layani transaksi belanja pemda dengan kartu kredit
Dengan realisasi itu, lanjut dia, menunjukkan bank milik pemerintah daerah di Bali tersebut telah menyalurkan kredit UMKM di atas syarat minimal Bank Indonesia sebesar 25 persen.
Ada pun pemenuhan rasio itu bersumber dari tercapainya penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) sebesar 100 persen dari target yaitu sebesar Rp1,73 triliun.
Sementara itu, kinerja laba bersih yang sudah diaudit juga tumbuh positif mencapai Rp738 miliar pada 2023 atau naik 22,32 persen jika dibandingkan 2022 yang mencapai Rp604 miliar.
Ia merinci capaian laba disokong oleh pendapatan bunga bersih selama 2023 mencapai Rp2,24 triliun atau naik 29 persen jika dibandingkan 2022 mencapai Rp1,73 triliun.
Baca juga: BPD Bali ajak PJP bank dan nonbank terima Pungutan Wisman
Selain itu, juga bersumber dari pendapatan berbasis biaya (fee based income) mencapai Rp114 miliar atau naik 10,83 persen jika dibandingkan 2022 yang mencapai Rp102 miliar.
Pendapatan lainnya, kata dia, juga mengalami pertumbuhan hingga 55,65 persen secara tahunan menjadi Rp68 miliar dari periode sama pada 2022 yang mencapai Rp44 miliar.
Di sisi lain, bank pelat merah itu menghimpun Dana Pihak Ketiga (DPK) selama 2023 mencapai Rp27,9 triliun atau naik 5,65 persen jika dibandingkan 2022 mencapai Rp26,4 triliun.
Penghimpunan DPK itu sebesar 71,48 persen adalah dana murah atau dalam bentuk tabungan mencapai hampir Rp20 triliun yang naik 23,40 persen jika dibandingkan 2022.
Tumbuhnya realisasi penyaluran kredit dan DPK itu mendorong aset di bank itu juga meningkat sebesar 6,69 persen dari Rp32,1 triliun pada 2022 menjadi Rp34,3 triliun, dengan rasio kredit bermasalah (Non performing loan/NPL) sebesar 1,29 persen.
Sedangkan modal inti yang didukung penyertaan modal oleh pemegang saham yakni pemerintah daerah di Bali itu hingga Desember 2023 mencapai Rp3,87 triliun yang telah memenuhi ketentuan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor 12/POJK.03/2020 tentang Konsolidasi Bank Umum.