Denpasar (Antara Bali) - Penutupan Festival Joged Bumbung di Kawasan Wisata Tanah Lot, Kabupaten Tabanan, Bali, Sabtu malam, diharapkan menjadi tonggak pemurnian kembali tari pergaulan tersebut dengan menghilangkan gerakan erotis atau aksi porno.
Hal itu mengingat perkembangan joged bumbung belakangan ini cenderung menampilkan gerak erotis dan diwarnai aksi porno, sehingga mengesankan citra yang kurang baik bagi seni budaya Bali, kata Manager Operasional Badan Pengelola Obyek Wisata Tanah Lot I Made Sujana,
Pada pergelaran hari terakhir di areal terbuka Enjung Galuh yang menampilkan duta seni dari Kecamatan Tabanan dan Pupuan itu, selain dibanjiri wisatawan asing dan domestik, juga masyarakat sekitar yang sebagian turut menari atau ngibing.
I Made Sujana, pada acara yang dihadiri Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tabanan I Wayan Diasa, menegaskan pentingnya pelestarian seni budaya, seperti joged bumbung, dengan menghilangkan hal-hal yang bisa memberikan citra negatif.
Festival Joged Bumbung 2010 yang berlangsung sejak Kamis (21/1) itu diadakan untuk melestarikan budaya Bali dan juga sebagai upaya menggali kembali jiwa joged bumbung itu sendiri sebagai tari persahabatan.
"Hal tersebut kita harapkan dapat menjauhkan budaya Bali dari hal-hal negatif yang akhir-akhir ini melekat pada tari joged bumbung," ucap Sujana.
Penyelenggaraan festival di areal terbuka, sekaligus guna memberikan kesempatan kepada ratusan pengunjung Obyek Wisata Tanah Lot untuk dapat dengan mudah turut menyaksikan atau bahkan ikut menari.
Dengan melibatkan wisatawan dan masyarakat turut menonton maupun ikut menari, maka akan membantu mencegah munculnya aksi-aksi yang bisa memberikan kesan negatif, harap Sujana.
Seperti pada hari sebelumnya, jika ada wisatawan maupun masyarakat yang ikut menari, panitia memberikan cenderamata berupa kalender dan keping VCD promosi obyek wisata Tanah Lot.
Hal itu membuat wisatawan yang berpartisipasi merasa terhibur dan puas. Selain itu, wisatawan yang ikut menari juga mengenakan pakaian tradisional Bali berupa sarung dan selendang yang diikatkan di pinggang, sehingga memberikan kesan tersendiri.
Menurut Sujana, kesopanan gerak para penari joged bumbung maupun wisatawan yang ikut menari sangat dijaga, karena dalam festival ini tidak dibolehkan mempertontonkan aksi porno dan hal-hal vulgar.
Hal itu untuk menjaga keaslian budaya Bali, dalam hal ini tarian joged bumbung, yang dulunya merupakan tarian pergaulan yang sopan dan jauh dari kesan vulgar.
Pada kesempatan itu diumumkan para pemenang festival, yakni juara pertama diraih duta seni Kecamatan Kerambitan dengan total nilai 834 dan mendapat uang pembinaan sebesar Rp2 juta.
Sedangkan juara kedua dimenangkan duta seni Kecamatan Selemadeg dengan nilai 777 dan mendapat uang pembinaan Rp1,5 juta, serta juara ketiga Kecamatan Penebel dengan nilai 723 mendapat uang pembinaan Rp1 juta.(*)