Target tersebut tertuang dalam Rencana Aksi Nasional Eliminasi Kanker Serviks Indonesia (2023-2030) yang dideklarasikan bersama antara Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dengan Presiden AS Joseph R. Biden, Jr. usai pertemuan bilateral antara kedua Pemimpin di Gedung Putih pada Senin (13/11).
"Kita harus bekerja sama dalam perjuangan memerangi kanker serviks. Bersama-sama, kita dapat melengkapi perempuan dengan alat yang mereka butuhkan untuk menangkal penyakit yang merusak ini," kata Menkes Budi dalam keterangan di Jakarta, Rabu.
Menkes menyatakan kolaborasi dan tekad yang kuat akan membuat kanker serviks dapat dicegah, tidak mahal, dan dapat diatasi oleh setiap perempuan.
Baca juga: Dinkes Bali targetkan imunisasi HPV siswi di atas 95 persen
Baca juga: Dinkes Bali targetkan imunisasi HPV siswi di atas 95 persen
Hingga tahun 2027, jelasnya, ditargetkan 90 persen anak perempuan usia 15 tahun mendapatkan imunisasi HPV, dan pada 2028-2030 untuk anak laki-laki. Selain itu, ditargetkan pula cakupan skrining sebesar 75 persen perempuan berusia 30-69 tahun dengan tes DNA HPV, serta pengobatan terhadap 90 persen perempuan dengan lesi pra-kanker dan kanker invasif pada tahun 2030.
"Dengan skenario ini, sebanyak 1,2 juta jiwa akan terselamatkan dari kanker serviks pada tahun 2070," ucapnya.
Senada dengan hal tersebut, Presiden Jokowi menyatakan upaya ini merupakan bentuk komitmen Indonesia dalam memberantas kanker serviks di dunia.
"Diharapkan dengan strategi ini, Indonesia dapat meraih visi APEC yaitu perempuan dan anak perempuan anggota APEC hidup sehat dan produktif, serta berisiko rendah menderita kanker yang disebabkan oleh HPV," ujarnya.
Untuk diketahui, kanker serviks di Indonesia berisiko terjadi pada lebih dari 103 juta perempuan berusia lebih dari 15 tahun, di mana penyakit ini merupakan jenis kanker terbesar kedua pada perempuan dengan 36.000 wanita terdiagnosis setiap tahunnya.
Baca juga: Denpasar mulai imunisasi PCV gratis bagi 5.713 anak
Baca juga: Denpasar mulai imunisasi PCV gratis bagi 5.713 anak
Selain itu, sekitar 70 persen dari seluruh perempuan yang didiagnosis berada pada stadium lanjut. Hal tersebut mengakibatkan tingginya angka kematian akibat kanker serviks di Indonesia dengan sekitar 21.000 kematian pada tahun 2020.
Rencana Aksi Nasional Eliminasi Kanker Serviks merupakan strategi komprehensif untuk memperkuat sistem kesehatan nasional di Indonesia, memperluas akses terhadap pencegahan dan teknologi perawatan yang lebih maju, serta menghilangkan hambatan terhadap intervensi kanker serviks yang berakar pada tantangan sosial, pembiayaan, budaya, sosial, dan struktural.
Rencana Aksi Nasional tersebut, disusun berdasarkan empat pilar tindakan, di antaranya pemberian layanan, pendidikan, pelatihan, dan penjangkauan, pendorong utama kemajuan, dan tata kelola serta kebijakan. Pilar-pilar ini memberikan prioritas khusus pada bidang, strategi, dan program agar Indonesia mampu melompat lebih tinggi menuju eliminasi kanker serviks.