Denpasar (ANTARA) - Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Bali mengalokasikan 50 paket makanan olahan berbahan ikan masing-masing di sembilan kabupaten/kota untuk menekan kasus balita tengkes (stunting) di Pulau Dewata.
“Kami intervensi dengan memberikan paket ikan berkualitas dan bermutu untuk menekan stunting,” kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali Putu Sumardiana di Denpasar, Jumat.
Penyediaan paket makanan dari ikan itu bekerja sama dengan sembilan unit pelaksana teknis (UPT) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang ada di Bali.
Ia menjelaskan paket makanan olahan dari ikan itu berisi minimal tiga jenis makanan olahan di antaranya bakso, nugget dan sosis dari ikan tuna dan tenggiri.
Pihaknya akan menyalurkan paket makanan olahan ikan itu secara berkelanjutan sebagai salah satu dukungan menekan kasus tengkes.
Ada pun satu paket itu, kata dia, dianggarkan mencapai Rp20 ribu untuk satu paket makanan siap saji berbahan ikan atau sekitar Rp1 juta untuk 50 paket yang disalurkan dalam waktu dekat.
“Kami intervensi dengan makanan olahan ikan itu secara berkelanjutan,” ucap Sumardiana.
Baca juga: Dinas Perikanan Badung cegah stunting melalui Gemarikan
Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada 2022 oleh Kementerian Kesehatan, jumlah anak tengkes di Indonesia diperkirakan mencapai 4,55 juta jiwa atau 21,6 persen.
Capaian itu menurun dibandingkan pada 2021 mencapai 24,4 persen.
Dari jumlah itu, Provinsi Bali menjadi daerah dengan kasus stunting paling rendah di Indonesia mencapai 8 persen atau turun dibandingkan 2021 mencapai 10,9 persen.
Apabila dirinci berdasarkan kelompok umur kasus tengkes di Bali, tiga besar paling banyak dialami oleh balita berusia 24-35 bulan mencapai 11,76 persen, kemudian usia 12-23 bulan sebanyak 8,42 persen dan usia 36-47 bulan mencapai 8,27 persen.
Baca juga: Pemkab Badung terus kampanyekan Gemarikan ke masyarakat cegah stunting
Sedangkan tiga besar kabupaten di Bali dengan angka tengkes terbanyak berada di Kabupaten Jembrana mencapai 14,2 persen, Buleleng mencapai 11 persen dan Karangasem mencapai 9,2 persen, sedangkan Denpasar dengan capaian terendah mencapai 5,5 persen.
Ada pun intervensi khusus stunting difokuskan kepada masa sebelum kelahiran dan anak usia enam hingga 23 bulan.
Intervensi khusus itu di antaranya pemeriksaan anemia, konsumsi tablet tambah darah bagi remaja putri, pemeriksaan kehamilan, dan konsumsi tablet tambah darah ibu hamil.
Kemudian, pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil kurang energi kronis, pemantauan pertumbuhan balita, air susu ibu (ASI) eksklusif, pemberian makanan setelah ASI kaya protein hewani kepada bayi usia di bawah dua tahun, peningkatan cakupan dan perluasan imunisasi hingga edukasi.