Jakarta (Antara Bali) - Tenaga Ahli Menteri Sosial bidang Tatakelola Pemerintahan dan Kehumasan Sapto Waluyo menyatakan, penyelesaian konflik di Sampang, Madura, Jawa Timur, membutuhkan kebesaran jiwa pimpinan kedua kelompok.
"Masalah ini 'kan bermula dari perbedaan pandangan dua bersaudara, Tajul Muluk dan Roisul Hukama. Mereka hidup bertetangga di sebuah kampung. Mereka harus mencari titik temu dan berdamai, sementara pihak lain perlu mendukung dan tidak memprovokasi," katanya di Jakarta, Selasa.
Sapto Waluyo baru saja mengunjungi lokasi pengungsi korban konflik yang dipicu perbedaan aliran, Sunni dan Syiah, di GOR Tenis Indoor, Sampang.
Ia juga menjelaskan bahwa kebutuhkan logistik pengungsi masih cukup, tidak seperti berita yang menyebutkan terjadi kekurangan. Di samping itu, kondisi kesehatan para pengungsi juga relatif terjaga, namun sebagian anak-anak menderita flu dan demam karena cuaca musim hujan.
Sementara itu, Direktur Kesejahteraan Sosial Anak Kemensos Nahar menjelaskan bahwa pihaknya memberikan bantuan kepada 77 anak pengungsi yang terdata sejak awal konflik Rp1 juta setiap orang, termasuk tiga bayi yang saat terjadi konflik Agustus 2012 masih di dalam kandungan. (LHS/T007)