Jakarta (Antara Bali) - Wakil Presiden Jusuf Kalla berbagi pengalamannya dalam mengatasi konflik di Aceh dan Ambon kepada para peserta Program Pendidikan Sekolah Pimpinan Menengah (Sespimmen) Polri di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Selasa.
"Diperlukan ketegasan yang besar untuk mengatasi konflik, seperti saat saya akan berunding dengan GAM, saya katakan kalau Anda tidak mau berunding, kita terus perang jadi perundingan pertama tentang melanjutkan perang," kata Wapres di hadapan ratusan peserta Sespimmen Polri di Auditorium Istana Wakil Presiden, Jakarta.
Pernyataan tersebut disampaikan untuk menjawab pertanyaan dari salah satu anggota Sespimmen dalam sesi dialog setelah Wapres menyampaikan kuliah umum tentang mengatasi konflik sosial di Indonesia.
JK melanjutkan, saat itu pimpinan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) juga menantang pemerintah Indonesia bahwa mereka siap bertempur, karena belum memahami korban utama yang akan jatuh adalah rakyat Aceh.
"Jadi saya katakan, sebelum saya tinggalkan Anda kalau kita lanjutkan perang, paling tidak korbannya 100 ribu lagi, karena perang ini di Aceh korbannya nanti paling banyak orang Aceh, bukan tentara, bukan polisi, barulah mereka sadar dan setuju untuk kita berunding lagi," ungkapnya.
Kesepakatan perundingan di Aceh itu yang akhirnya membawakan pihak pemerintah Indonesia dan GAM berunding ke Helsinki, Finlandia, dan menghasilkan perjanjian damai pada 2005.
"Sama juga di Ambon, saya katakan begitu kepada dua-duanya, Islam dan Kristen, besok kalau Anda tidak mau berhenti, saya tambah peluru, tambah tentara, biar kalian bunuh semua, habis semua, tapi lagi-lagi korbannya adalah orang Anda sendiri, kalau tidak mau sekarang berunding, jadi harus tegas, tapi juga harus tahu di mana harus tegas, jangan asal," kata dia.
Oleh karena itu, Wapres meminta agar para peserta Sespimmen Polri yang setelah lulus akan menjadi pimpinan Polres di daerah-daerah untuk menggandeng tokoh-tokoh masyarakat, pemuka setiap agama dan tokoh pemuda di daerahnya masing-masing. (WDY)